
Kupas Tuntas gRPC vs REST: Mana Pilihan Terbaikmu?

Halo DomaiNesians! Kamu masih bingung milih gRPC vs REST buat bikin API di tahun 2025? Di era dimana aplikasi makin kompleks, microservices makin populer, dan semuanya serba real-time, kebutuhan akan API yang cepat dan efisien itu udah jadi keharusan. Nah, kalau kamu lagi ngembangin aplikasi, entah itu backend-nya e-commerce, sistem monitoring IoT, atau bahkan platform video streaming, pasti pernah galau milih antara gRPC vs REST.
Keduanya punya tempat istimewa di dunia pengembangan API. REST udah jadi standar de facto selama bertahun-tahun. Tapi gRPC, yang digagas sama Google, mulai naik daun karena performanya yang jauh lebih efisien untuk komunikasi antar layanan modern.
Jadi sebenarnya, gRPC vs REST, mana yang lebih cocok buat kebutuhan API kamu? Yuk, bahas tuntas, biar kamu tidak cuma ikut-ikutan tren, tapi bisa milih dengan yakin dan tepat!

Mengenal REST: Senior yang Masih Eksis
Sebelum membahas duel performa antara gRPC vs REST, kenalan dulu yuk sama REST, konsep API yang sudah lama dipakai sejak tahun 2000an. REST sendiri menggunakan protokol HTTP dan dikenal luas oleh para developer, khususnya yang sudah terbiasa membangun aplikasi web.
Kenapa REST Jadi Populer?
REST punya banyak alasan untuk dicintai:
- REST mudah dipahami karena menggunakan metode HTTP standar seperti GET, POST, PUT, dan DELETE yang umum ditemui dalam pengembangan web.
- Fleksibel, bisa diakses dari browser biasa atau aplikasi mobile tanpa butuh tool khusus.
- Didukung luas, mulai dari dokumentasi, komunitas, sampai tools bawaan framework macam Laravel, Django, Express.js, dan lainnya.
Tidak heran kalau REST jadi pilihan utama banyak tim pengembang, terutama buat aplikasi berbasis web tradisional atau mobile.
Kapan REST Cocok Digunakan?
REST cocok buat kamu yang:
- Lagi bikin aplikasi CRUD sederhana.
- Ingin integrasi cepat tanpa ribet belajar teknologi baru.
- Prioritas utama adalah keterbacaan dan kemudahan debugging.
Biasanya digunakan untuk menghubungkan ke sistem yang sudah lebih dulu dibangun dengan pendekatan REST sejak awal.
Tapi… REST Tidak Selalu Sempurna
Meski familiar, REST mulai terasa berat di beberapa skenario modern:
- REST cenderung menghasilkan payload yang cukup besar karena data dikirim dalam format JSON atau XML yang cukup verbose.
- Tidak optimal untuk komunikasi antar layanan dalam sistem microservices yang butuh efisiensi tinggi.
- Kurang fleksibel dalam streaming data (misalnya real-time chat atau video).
Hal inilah yang bikin perbandingan gRPC vs REST makin relevan, karena ternyata REST juga punya keterbatasan dalam menghadapi tantangan API modern.
Mengenal gRPC: Pendatang yang Lagi Naik Daun
Kalau REST itu pemain lama yang sudah mapan, maka gRPC adalah bintang baru yang langsung nyalip di tikungan. gRPC, atau singkatan dari gRPC Remote Procedure Call, merupakan teknologi bikinan Google yang dirilis secara open-source pada tahun 2015. Tujuannya jelas, membuat komunikasi antar layanan jadi lebih cepat, ringan, dan efisien untuk sistem modern yang makin kompleks.
Nah, kalau kamu sering denger soal gRPC vs REST, bisa jadi karena kebutuhan developer sekarang sudah berubah. Sistem modern butuh API yang lebih hemat bandwidth, minim latency, dan mampu handle komunikasi dua arah secara real-time. Dan di sinilah gRPC mulai menunjukkan taringnya.
Apa yang Bikin gRPC Menarik?
Berikut ini beberapa keunggulan gRPC yang bikin banyak developer mulai pindah haluan:
- Menggunakan Protobuf (Protocol Buffers), bukan JSON. Jadi, data dikirim dalam format biner yang lebih kecil dan cepat diproses.
- Super cepat dan hemat bandwidth, cocok banget buat sistem microservices yang saling ngobrol terus.
- Fitur menarik dari gRPC adalah kemampuannya dalam melakukan proses streaming data, baik dari client ke server, dari server ke client, maupun keduanya sekaligus secara bersamaan (bidirectional streaming).
- Code generation otomatis, cukup dari file .proto kamu bisa generate client & server di banyak bahasa (Go, Java, Python, dll).
Dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan, tidak heran kalau topik gRPC vs REST jadi bahan diskusi hangat di kalangan developer masa kini.
Tapi… gRPC Juga Punya Tantangan
Walaupun keren, gRPC bukan tanpa kekurangan:
- Kurang ramah untuk pemula dibanding REST.
- Tidak bisa langsung diakses via browser, karena browser belum native support Protobuf.
- Debugging lebih rumit, karena data dikirim dalam format biner.
Jadi, kalau kamu baru mulai dan butuh API cepat yang bisa dites langsung dari Postman atau browser, REST masih lebih praktis. Tapi kalau kamu ngebangun sistem kompleks yang butuh performa tinggi, gRPC layak banget dipertimbangkan.
Itulah kenapa perdebatan gRPC vs REST tidak sekadar tren, tapi soal menemukan teknologi yang paling sesuai sama kebutuhan proyekmu.
gRPC vs REST: Perbandingan Head to Head
Setelah tahu masing-masing kekuatan dan kelemahan, sekarang saatnya ngebandingin gRPC vs REST dari berbagai aspek penting. Tidak ada yang 100% unggul, tapi kamu bisa lihat mana yang lebih cocok untuk kebutuhan tertentu.
1. Performa dan Efisiensi Data
gRPC: Menggunakan Protobuf bikin ukuran data jadi kecil banget dan parsing-nya super cepat. Ini bikin latency rendah dan cocok untuk koneksi lambat atau sistem real-time.
REST: Gunakan JSON atau XML yang readable, tapi lebih besar ukurannya dan lebih lambat diproses oleh mesin.
Disini gRPC unggul jauh untuk performa dan efisiensi.
2. Kemudahan Pengembangan
REST: Sangat familiar dan mudah diimplementasikan. Bahkan pemula bisa langsung pakai dan tes pakai Postman atau browser.
gRPC: Perlu setup khusus dan file .proto. Butuh waktu untuk belajar, apalagi kalau belum terbiasa dengan konsep code generation.
Disini REST lebih unggul untuk kemudahan awal.
3. Skalabilitas dan Komunikasi Antar Layanan
gRPC: Memang dibangun untuk menjawab tantangan di era microservices. Ia sangat efisien dalam menangani komunikasi antar layanan yang tersebar di infrastruktur besar dan kompleks.
REST: Bisa juga dipakai, tapi overhead JSON dan HTTP membuatnya kurang optimal dalam sistem berskala besar.
Disini gRPC lebih scalable di lingkungan modern.
4. Kompatibilitas dengan Tools & Platform
REST: Bisa dijalankan di hampir semua tools dan platform. Didukung penuh browser, API client, dan berbagai framework.
gRPC: Harus pakai client khusus. Tidak bisa langsung dijalankan di browser tanpa bantuan gateway atau proxy.
Dibagian ini REST unggul dari sisi kompatibilitas.
5. Dukungan Komunitas dan Dokumentasi
REST: Komunitas besar, dokumentasi berlimpah, banyak tutorial.
gRPC: Mulai berkembang pesat, tapi belum selevel REST dari sisi komunitas non-enterprise.
Dibagian ini REST lebih matang di sisi dokumentasi.
6. Keamanan dan Debugging
gRPC: Namun, karena menggunakan format biner dan protokol yang lebih kompleks, proses debugging di gRPC sering kali butuh alat tambahan agar lebih mudah ditelusuri.
REST: Mudah di-debug karena datanya bisa dibaca langsung. Tapi karena readable, juga butuh ekstra perlindungan.
Disini REST lebih mudah di-debug, tapi dari sisi keamanan, sama-sama kuat jika diatur dengan benar.
Kalau kamu lagi cari solusi API yang gesit, efisien, dan mudah diskalakan, terutama untuk komunikasi antar layanan di sistem microservices, gRPC bisa jadi opsi yang patut dipertimbangkan. Tapi kalau kamu butuh sesuatu yang cepat diimplementasikan, mudah di-debug, dan universal, maka REST masih jadi jawara.

Contoh Nyata: Siapa yang Sudah Menggunakan gRPC dan Siapa Masih Setia dengan REST?
Setelah lihat perbandingan teknis antara gRPC vs REST, sekarang saatnya ngintip dunia nyata. Siapa aja sih yang pakai gRPC? Dan kenapa beberapa masih setia banget sama REST?
Perusahaan yang Pakai gRPC
- Google – bukan cuma pencipta gRPC, tapi juga penggunanya yang paling aktif. Teknologi ini dipakai di berbagai layanan internal mereka untuk memastikan komunikasi antar layanan berjalan cepat dan stabil. Banyak layanan internal mereka, termasuk sistem di Kubernetes dan platform cloud, sudah mengadopsi gRPC secara menyeluruh.
- Netflix – untuk komunikasi antar layanan di sistem microservices mereka, Netflix beralih dari REST ke gRPC demi efisiensi dan latensi rendah.
- Square & Slack – Square menggunakan gRPC untuk koneksi antar sistem pembayaran yang butuh performa tinggi. Slack juga pakai gRPC di bagian backend mereka untuk komunikasi antar server.
- Cloud Providers – seperti AWS, Azure, dan GCP, banyak fitur API modern mereka kini menawarkan opsi gRPC selain REST.
Kenapa mereka pilih gRPC? Jawabannya simpel: sistem mereka kompleks, trafiknya tinggi, dan latency jadi krusial. Di sini, gRPC benar-benar bersinar.
Siapa yang Masih Setia Pakai REST?
- Startup & tim kecil – karena REST gampang banget diimplementasikan dan dites, banyak startup tetap pakai REST untuk MVP (Minimum Viable Product) mereka.
- Sistem lama (Legacy System) – banyak perusahaan besar punya sistem warisan berbasis REST, dan migrasi ke gRPC butuh effort besar. Jadi, mereka tetap pakai REST sambil bertahap menyesuaikan.
- Aplikasi publik (yang butuh akses dari browser) – karena gRPC kurang friendly untuk browser, banyak API publik seperti API Google Maps, Spotify, Twitter, dan lainnya tetap pakai REST.
- Developer solo atau freelancer – kalau kamu developer yang kerja sendiri, REST adalah jalan ninja paling cepat buat bikin API tanpa perlu banyak konfigurasi.
Pemilihan antara gRPC vs REST bukan cuma soal teknologi, tapi soal konteks penggunaannya. gRPC unggul buat sistem besar dan kompleks, sedangkan REST cocok buat integrasi cepat dan simpel.
Kapan Sebaiknya Pakai gRPC dan Kapan REST?
Setelah bahas gRPC vs REST dari A sampai Z, sekarang waktunya kamu menentukan pilihan. Tapi tenang, tidak perlu galau, karena kami bakal bantu kamu dengan panduan simpel berdasarkan use case.
Gunakan gRPC Kalau…
- Kamu bikin microservices – gRPC cocok banget untuk komunikasi internal antar layanan yang berjalan di microservices. Cepat, ringan, dan efisien.
- Kamu butuh kecepatan maksimal – aplikasi seperti IoT, game real-time, atau sistem video/audio streaming butuh latensi serendah mungkin. Di bagian ini, keunggulan gRPC terlihat cukup jelas jika dibandingkan dengan pendekatan REST.
- Multi-platform, multi-language – karena gRPC dukung banyak bahasa (Go, Java, C#, Python, dll) dan auto generate kode dari .proto, kamu bisa hemat waktu banyak buat bikin client-server lintas bahasa.
- Streaming jadi prioritas – kalau kamu butuh fitur real-time seperti live chat, notifikasi push, atau transfer data besar secara bertahap, gRPC punya dukungan full untuk client & server streaming.
- Sistem backend-only (tidak butuh browser) – untuk sistem backend-only yang tidak perlu diakses via browser, gRPC punya keunggulan tersendiri karena dirancang khusus untuk komunikasi server ke server.
Gunakan REST Kalau…
- Kamu butuh simplicity dan kecepatan eksekusi – REST itu lebih cepat dikerjakan kalau kamu lagi ngejar deadline. Cukup bikin endpoint, kirim data dalam JSON, dan tes langsung via browser atau Postman.
- API kamu akan diakses dari browser atau client umum – karena REST berjalan di atas HTTP biasa, gampang banget diakses dari mana aja tanpa tool tambahan.
- Target pengguna developer luas – kalau kamu bikin public API (misalnya buat komunitas), REST adalah pilihan aman karena mayoritas developer sudah terbiasa.
- Infrastruktur atau tim masih belum familiar dengan gRPC – daripada memaksa tim belajar gRPC sambil mengejar deadline, lebih baik tetap di REST dulu sampai tim siap migrasi.
- Dokumentasi dan debugging jadi prioritas – karena semua data di REST terbaca langsung, lebih gampang buat tracing masalah tanpa tool tambahan.
Kadang, kamu tidak harus memilih satu aja. Banyak sistem modern pakai kombinasi:
- gRPC untuk komunikasi antar microservices,
- REST masih jadi pilihan ideal untuk public API yang ditujukan bagi pengguna eksternal atau pihak ketiga.
Dengan begitu, kamu dapat performa tinggi dan aksesibilitas luas. Kombinasi ideal dari gRPC vs REST.

Jadi, Mana yang Lebih Baik?
Kalau kamu sudah sampai di bagian ini, selamat! Kamu sekarang udah ngerti banget soal gRPC vs REST, mulai dari konsep dasar, kelebihan kekurangan, sampai studi kasus dan kapan harus pilih yang mana.
Tapi tetap saja, pertanyaan besarnya masih relevan: gRPC vs REST, mana yang lebih cocok untuk kebutuhan pengembangan API saat ini? Jawabannya… tergantung kebutuhanmu.
Kalau kamu:
- Butuh komunikasi antar layanan di sistem microservices,
- perlu performa cepat dan efisiensi tinggi,
- ingin streaming data real-time,
👉 Maka gRPC adalah pilihan yang tepat.
Tapi kalau kamu:
- Baru mulai belajar API,
- butuh dukungan browser atau client universal,
- fokus pada kecepatan pengembangan dan debugging,
👉 Maka REST masih jadi solusi yang solid dan stabil.
Di dunia teknologi yang serba cepat berubah, kuncinya adalah fleksibilitas. Jangan kaku. Evaluasi dulu kebutuhan proyek kamu, skill tim, dan juga skalabilitas ke depannya.
Apa pun pilihanmu antara gRPC vs REST, kamu tetap butuh infrastruktur yang stabil, cepat, dan scalable. Yuk, manfaatkan Cloud VPS Murah dari DomaiNesia!
- Kinerja optimal untuk API, baik yang dibangun dengan gRPC maupun REST.
- Dukungan sistem operasi fleksibel.
- IP dedicated & akses root penuh
- Harga mulai 80 ribuan per bulan!
Yuk mulai gunakan Cloud VPS dari DomaiNesia dan realisasikan proyek API impianmu sekarang juga!