• Home
  • Berita
  • Kubernetes vs Docker: Apa Perbedaannya?

Kubernetes vs Docker: Apa Perbedaannya?

Oleh Ratna Patria
Kubernetes vs Docker: Apa Perbedaannya? 1

Jika kamu sedang mendalami dunia containerization, pasti sering mendengar dua nama besar ini: Kubernetes vs Docker. Keduanya merupakan teknologi yang sangat populer dalam pengelolaan container, tetapi banyak yang masih bingung dengan perbedaan dan kegunaan masing-masing. Apakah Kubernetes bisa menggantikan Docker? Atau justru mereka saling melengkapi? Di artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang Kubernetes vs Docker, bagaimana cara kerja masing-masing, serta kapan harus menggunakannya untuk proyekmu.

Apa Itu Kubernetes dan Docker?

Kubernetes vs Docker adalah dua teknologi yang sering digunakan dalam dunia containerization, tetapi memiliki peran yang berbeda. Docker adalah platform open-source yang memungkinkan developer untuk membangun, mengemas, dan menjalankan aplikasi dalam lingkungan container. Dengan Docker, aplikasi dapat dijalankan di mana saja tanpa harus khawatir tentang perbedaan sistem operasi atau dependensi yang berbeda. Container Docker bersifat ringan, cepat, dan efisien dibandingkan dengan virtual machine tradisional.

Kubernetes vs Docker
Sumber: Freepik

Docker sangat cocok untuk developer yang ingin menjalankan aplikasi di lingkungan yang konsisten, mulai dari laptop hingga cloud. Dengan pendekatan berbasis image, aplikasi dan dependensinya bisa dikemas dalam satu unit yang mudah didistribusikan serta dapat dijalankan di berbagai sistem tanpa perlu konfigurasi ulang. Dalam konteks Kubernetes vs Docker, Docker bertindak sebagai tool untuk menjalankan container, sementara Kubernetes berperan sebagai sistem orkestrasi untuk mengelola container dalam jumlah besar.

Perbedaan Kubernetes vs Docker

Saat memilih teknologi containerization, penting untuk memahami perbedaan antara Kubernetes vs Docker. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda dalam ekosistem pengelolaan container, sehingga pilihan terbaik bergantung pada kebutuhan proyek. Docker lebih berfokus pada pembuatan dan eksekusi container, sedangkan Kubernetes digunakan untuk mengatur, mengelola, dan mengoordinasikan banyak container dalam skala besar. Dalam banyak kasus, Kubernetes vs Docker sering kali bukan tentang memilih salah satu, tetapi bagaimana kedua teknologi ini dapat bekerja bersama untuk menciptakan sistem yang lebih efisien dan fleksibel. Berikut adalah perbedaan utama antara Kubernetes vs Docker yang perlu kamu ketahui:

  • Lingkup Penggunaan – Dalam perbandingan Kubernetes vs Docker, perbedaan mendasar ada pada lingkup penggunaannya. Docker adalah platform yang digunakan untuk membangun, mengemas, dan menjalankan aplikasi dalam container. Dengan Docker, developer dapat membuat container yang berisi semua dependensi aplikasi dan menjalankannya dengan cara yang lebih konsisten di berbagai lingkungan, mulai dari pengembangan lokal hingga produksi. Di sisi lain, Kubernetes berfungsi sebagai sistem orkestrasi yang memungkinkan pengelolaan banyak container secara otomatis. Kubernetes sangat cocok digunakan untuk proyek yang membutuhkan manajemen skala besar, deployment yang terstruktur, serta fitur autoscaling yang lebih canggih dibandingkan Docker.
  • Arsitektur – Kubernetes vs Docker juga berbeda dari segi arsitektur. Docker memiliki arsitektur berbasis client-server, di mana Docker daemon bertanggung jawab untuk menjalankan dan mengelola container di dalam sistem operasi host. Developer berinteraksi dengan Docker menggunakan Docker CLI atau API untuk membangun, mengelola, dan menjalankan container. Kubernetes, di sisi lain, menggunakan arsitektur berbasis cluster, yang terdiri dari satu atau lebih node. Setiap cluster Kubernetes memiliki control plane yang mengelola deployment aplikasi, scheduling container, serta komunikasi antar node. Arsitektur ini memungkinkan Kubernetes untuk menjalankan aplikasi secara lebih fleksibel dalam lingkungan cloud atau data center besar.
  • Manajemen Container – Dalam konteks Kubernetes vs Docker, manajemen container menjadi salah satu faktor pembeda utama. Docker memungkinkan developer untuk menjalankan satu atau beberapa container secara manual menggunakan perintah seperti docker run atau docker-compose. Namun, jika jumlah container bertambah banyak, pengelolaan secara manual bisa menjadi tidak efisien. Kubernetes hadir untuk mengatasi masalah tersebut dengan menyediakan fitur orkestrasi otomatis. Kubernetes menggunakan konsep Pod, yang berisi satu atau lebih container, untuk mengelola proses deployment dan operasi container dengan lebih baik. 
  • Scaling dan Deployment – Ketika berbicara tentang scaling dan deployment, Kubernetes jauh lebih unggul dibandingkan Docker. Kubernetes memiliki fitur autoscaling, yang memungkinkan aplikasi untuk secara otomatis menyesuaikan jumlah container berdasarkan traffic atau kebutuhan resource. Docker sendiri memiliki solusi clustering bernama Docker Swarm, yang memungkinkan pengelolaan beberapa container dalam skala yang lebih besar. Namun, Docker Swarm tidak sekuat Kubernetes dalam hal fleksibilitas, fitur self-healing, serta integrasi dengan berbagai platform cloud. Oleh karena itu, dalam konteks Kubernetes vs Docker, banyak perusahaan lebih memilih Kubernetes untuk aplikasi berbasis cloud dan microservices yang membutuhkan skalabilitas tinggi serta pengelolaan yang lebih otomatis.
  • Networking dan Load Balancing – Salah satu perbedaan penting lainnya antara Kubernetes vs Docker adalah cara mereka menangani networking dan load balancing. Docker memiliki sistem networking bawaan yang cukup sederhana. Setiap container mendapatkan IP address unik, dan Docker memungkinkan komunikasi antar container melalui bridge network. Namun, untuk konfigurasi yang lebih kompleks, developer perlu mengatur manual atau menggunakan tambahan tools seperti Docker Compose. Di sisi lain, Kubernetes menawarkan sistem networking yang lebih kuat dan otomatis. Kubernetes mendukung service discovery, yang memudahkan container dalam satu cluster untuk berkomunikasi tanpa perlu mengetahui alamat IP satu sama lain. Selain itu, Kubernetes memiliki load balancer internal, yang memastikan traffic didistribusikan dengan baik antar container, sehingga aplikasi tetap responsif dan stabil dalam lingkungan produksi.
Baca Juga:  Apa Itu Cursor AI? AI Canggih yang Bikin Coding Auto Mudah!

Stabil, Cepat, dan Fleksibel. Coba Cloud VPS Tanpa Kompromi

Kelebihan dan Kekurangan Kubernetes vs Docker

Saat memilih teknologi containerization, penting untuk memahami kelebihan dan kekurangan Kubernetes vs Docker. Docker unggul dalam kemudahan penggunaan dan efisiensi dalam menjalankan container, sementara Kubernetes lebih cocok untuk skenario dengan jumlah container yang besar dan kompleks. Berikut adalah perbandingan kelebihan dan kekurangan dari keduanya.

  1. Kelebihan Docker

Docker sangat mudah digunakan dan lebih ringan dibandingkan virtual machine tradisional. Dengan Docker, developer bisa membuat, mengemas, dan menjalankan aplikasi dalam container tanpa perlu khawatir tentang perbedaan lingkungan antara development, staging, dan production. Salah satu keunggulan utama Docker adalah proses deployment yang lebih cepat, karena container dapat dijalankan dalam hitungan detik tanpa perlu konfigurasi tambahan. Selain itu, ekosistem Docker sangat luas, dengan banyak image yang tersedia di Docker Hub, sehingga developer dapat dengan mudah menggunakan dan berbagi container dengan komunitas.

  1. Kekurangan Docker

Meskipun powerful, Docker tidak dirancang untuk mengelola banyak container dalam lingkungan yang kompleks. Docker sendiri hanya menyediakan fitur dasar untuk menjalankan container, tetapi tidak memiliki mekanisme otomatis untuk orchestrasi, load balancing, atau self-healing. Scaling dan deployment container dalam jumlah besar bisa menjadi tantangan jika hanya menggunakan Docker tanpa sistem orkestrasi tambahan. Untuk proyek besar dengan kebutuhan distribusi yang tinggi, Docker membutuhkan integrasi dengan tools lain seperti Kubernetes atau Docker Swarm agar lebih optimal.

  1. Kelebihan Kubernetes

Kubernetes dirancang untuk mengelola container dalam skala besar secara otomatis. Dengan fitur seperti autoscaling, Kubernetes dapat menyesuaikan jumlah container berdasarkan beban kerja secara real-time, sehingga aplikasi tetap berjalan efisien tanpa membuang sumber daya. Selain itu, Kubernetes menyediakan rolling updates, yang memungkinkan pembaruan aplikasi tanpa menyebabkan downtime bagi pengguna. Kubernetes juga memiliki mekanisme self-healing, di mana jika salah satu container mengalami kegagalan, sistem akan secara otomatis menggantinya dengan container baru. Keunggulan ini membuat Kubernetes menjadi pilihan utama bagi perusahaan yang menjalankan aplikasi berbasis microservices di lingkungan cloud.

  1. Kekurangan Kubernetes
Baca Juga:  Bongkar 10 Mitos tentang WordPress yang Masih Dipercaya!

Meskipun memiliki banyak fitur canggih, Kubernetes memiliki tingkat kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan Docker. Instalasi dan konfigurasi Kubernetes membutuhkan pemahaman mendalam tentang arsitektur cluster serta jaringan container. Selain itu, penggunaan Kubernetes sering kali memerlukan sumber daya yang lebih besar, baik dalam hal infrastruktur maupun manajemen, sehingga tidak selalu cocok untuk proyek kecil atau aplikasi dengan kebutuhan sederhana. Dibandingkan dengan Docker yang lebih simpel, Kubernetes membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga dalam pengelolaannya, terutama bagi tim yang belum terbiasa dengan sistem orkestrasi container.

Kubernetes vs Docker
Sumber: Freepik

Kapan Harus Menggunakan Kubernetes atau Docker?

Memilih antara Kubernetes atau Docker tergantung pada kebutuhan proyek dan kompleksitas aplikasi yang sedang dikembangkan. Jika kamu hanya membutuhkan solusi container sederhana tanpa perlu manajemen skala besar, Docker bisa menjadi pilihan yang lebih praktis. Namun, jika aplikasi yang kamu bangun memerlukan orkestrasi yang kompleks, Kubernetes menjadi solusi yang lebih efektif. Berikut adalah situasi di mana masing-masing teknologi lebih sesuai untuk digunakan.

  • Gunakan Docker jika – Docker adalah pilihan yang ideal untuk pengembangan aplikasi dalam skala kecil hingga menengah. Jika kamu ingin membuat aplikasi yang cepat di-deploy tanpa harus mengelola infrastruktur yang kompleks, Docker menawarkan solusi yang lebih ringan. Teknologi ini cocok bagi developer yang ingin menyederhanakan proses development dengan memastikan aplikasi berjalan konsisten di berbagai lingkungan. Selain itu, jika proyekmu hanya melibatkan beberapa container tanpa perlu otomatisasi skala besar, menggunakan Docker saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 
  • Gunakan Kubernetes jika – Jika aplikasi yang kamu kembangkan melibatkan banyak container dan membutuhkan pengelolaan skala besar, Kubernetes adalah solusi terbaik. Kubernetes sangat cocok untuk sistem berbasis microservices, di mana setiap layanan berjalan dalam container terpisah yang harus dikontrol dengan baik. Dengan fitur seperti autoscaling, Kubernetes dapat memastikan aplikasi tetap berjalan optimal meskipun ada peningkatan atau penurunan trafik. Selain itu, jika aplikasi memerlukan load balancing, self-healing, dan orchestrasi otomatis, Kubernetes memberikan fleksibilitas yang jauh lebih besar dibandingkan hanya menggunakan Docker. 
Baca Juga:  Tips Jitu Membeli Domain Murah yang Berkualitas

Contoh Aplikasi yang Menggunakan Docker dan Kubernetes

Banyak perusahaan dan pengembang memilih Docker dan Kubernetes untuk meningkatkan efisiensi deployment, skalabilitas, serta manajemen aplikasi berbasis container. Docker sering digunakan untuk pengembangan dan testing aplikasi, sementara Kubernetes lebih banyak dimanfaatkan untuk mengelola infrastruktur dalam skala besar. Berikut beberapa contoh aplikasi yang menggunakan teknologi ini:

1. Netflix – Orkestrasi Microservices dengan Kubernetes

Netflix adalah salah satu perusahaan yang memanfaatkan Kubernetes untuk mengelola ribuan microservices dalam sistemnya. Dengan Kubernetes, Netflix dapat melakukan autoscaling, mengelola trafik dengan load balancing, serta menangani kegagalan server secara otomatis. Ini memungkinkan layanan streaming mereka tetap stabil meskipun diakses oleh jutaan pengguna di seluruh dunia secara bersamaan.

2. Spotify – Deployment yang Cepat dengan Docker

Spotify menggunakan Docker untuk menyederhanakan deployment layanan mereka. Dengan menggunakan container Docker, tim pengembang Spotify dapat menjalankan aplikasi dengan cepat di berbagai lingkungan tanpa perlu khawatir dengan perbedaan sistem operasi atau konfigurasi. Docker membantu mereka dalam continuous integration dan continuous deployment (CI/CD), sehingga update fitur bisa dilakukan dengan lebih efisien.

3. Airbnb – Mengoptimalkan Infrastruktur dengan Kubernetes

Sebagai platform yang menangani jutaan transaksi per hari, Airbnb menggunakan Kubernetes untuk mengelola server dan container mereka secara otomatis. Kubernetes membantu mereka dalam menyesuaikan kapasitas server secara dinamis sesuai dengan jumlah pengguna yang sedang aktif. Hal ini memastikan pengalaman pengguna tetap lancar dan responsif, bahkan saat terjadi lonjakan trafik yang tinggi.

4. PayPal – Skalabilitas Cloud dengan Docker dan Kubernetes

PayPal menggabungkan penggunaan Docker dan Kubernetes untuk menjalankan aplikasi berbasis cloud mereka. Docker digunakan untuk mengembangkan dan mengemas aplikasi, sementara Kubernetes mengelola deployment serta memastikan aplikasi tetap tersedia dengan sistem failover otomatis. Dengan kombinasi ini, PayPal mampu menyediakan layanan pembayaran yang cepat, aman, dan dapat diskalakan sesuai kebutuhan pasar global.

Kubernetes vs Docker
Sumber: Freepik

Fokus Pada Skala Aplikasi

Baik Kubernetes vs Docker, keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem containerization. Docker lebih berfokus pada pembuatan dan eksekusi container, sedangkan Kubernetes menangani orkestrasi dan manajemen container dalam skala besar.

Jika kamu hanya ingin menjalankan aplikasi berbasis container secara sederhana, Docker sudah cukup. Namun, jika proyekmu berkembang dan membutuhkan manajemen container yang lebih kompleks, Kubernetes adalah pilihan yang lebih baik.

Jadi, DomaiNesians, apakah kamu lebih memilih Kubernetes atau Docker untuk proyekmu? Apapun pilihannya, pastikan kamu menggunakan VPS Murah dari DomaiNesia untuk mendukung performa aplikasi berbasis container agar berjalan lebih optimal.

Ratna Patria

Hi! Ratna is my name. I have been actively writing about light and fun things since college. I am an introverted, inquiring person, who loves reading. How about you?


Berlangganan Artikel

Dapatkan artikel, free ebook dan video
terbaru dari DomaiNesia

{{ errors.name }} {{ errors.email }}
Migrasi ke DomaiNesia

Migrasi Hosting ke DomaiNesia Gratis 1 Bulan

Ingin memiliki hosting dengan performa terbaik? Migrasikan hosting Anda ke DomaiNesia. Gratis jasa migrasi dan gratis 1 bulan masa aktif!

Ya, Migrasikan Hosting Saya

Hosting Murah

This will close in 0 seconds