• Home
  • Berita
  • React Native vs Electron: Siapa Raja Aplikasi Cross-Platform?

React Native vs Electron: Siapa Raja Aplikasi Cross-Platform?

Oleh Hazar Farras
React Native vs Electron

Hai DomaiNesians! Lagi nyusun aplikasi tapi bingung pilih framework yang pas? Di tahun 2025, React Native vs Electron jadi topik hangat di kalangan developer yang ingin membangun aplikasi untuk berbagai platform sekaligus. Keduanya menawarkan kemudahan membangun aplikasi lintas platform, tapi punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Nah, supaya kamu nggak salah pilih dan bisa memaksimalkan potensi projectmu, yuk bahas tuntas soal React Native vs Electron di artikel ini!

React Native vs Electron
Sumber: Canva

Apa itu React Native?

React Native adalah framework open-source dari Meta yang memungkinkan developer membangun aplikasi mobile lintas platform hanya dengan satu basis kode berbasis JavaScript. Dengan pendekatan ini, developer bisa membangun aplikasi Android dan iOS secara bersamaan tanpa perlu menulis kode native dua kali.

Framework ini telah dipercaya oleh banyak brand besar seperti Facebook, Instagram, hingga Tesla. Selain menawarkan efisiensi tinggi, React Native juga dikenal memiliki performa yang hampir setara dengan aplikasi native. Komunitasnya aktif, dokumentasinya lengkap, dan cocok untuk developer yang sudah familiar dengan JavaScript.

Meski sangat powerful, React Native tetap memiliki batasan, terutama saat dipakai untuk aplikasi dengan kebutuhan grafis tinggi atau integrasi hardware yang kompleks. Di tengah kelebihan dan kekurangannya, wajar kalau React Native jadi salah satu framework yang sering dibandingkan dalam pembahasan React Native vs Electron, terutama untuk pengembangan aplikasi modern lintas platform.

Apa itu Electron?

Electron adalah framework open-source yang dikembangkan oleh GitHub dan dirancang untuk membuat aplikasi desktop lintas platform menggunakan JavaScript, HTML, dan CSS. Dengan Electron, developer bisa membangun aplikasi untuk Windows, macOS, dan Linux dari satu basis kode, sehingga sangat populer untuk aplikasi desktop modern.

Beberapa aplikasi terkenal seperti Visual Studio Code, Slack, dan Discord dibangun menggunakan Electron. Berbekal Chromium dan Node.js, Electron memungkinkan developer membuat aplikasi desktop dengan pengalaman mirip native, cukup dari basis kode web. Hal ini membuat Electron sangat fleksibel bagi developer web yang ingin merambah ke dunia desktop tanpa harus belajar bahasa native seperti C++ atau Swift.

Baca Juga:  Product-Market Fit: Kunci Sukses & Cara Mencapainya!

Meski powerful, Electron sering dikritik karena ukuran file aplikasinya yang besar dan penggunaan memori yang tinggi. Namun, bagi banyak developer, kelebihan skalabilitas dan kemudahan pengembangan jauh lebih penting. Itulah kenapa React Native vs Electron sering menjadi topik hangat, terutama saat membahas mana yang lebih cocok untuk kebutuhan lintas platform antara mobile dan desktop.

Perbandingan React Native vs Electron

Sekarang, yuk bandingkan React Native vs Electron dari berbagai sudut penting yang akan bantu kamu menentukan pilihan terbaik. Untuk menjaga flow-nya enak dibaca, mari susun dalam format naratif (bukan list), dibagi dalam subbagian seperti:

1. Target Platform dan Tujuan Penggunaan

React Native memang dibuat untuk membangun aplikasi mobile lintas platform seperti Android dan iOS dari satu kode JavaScript. Di sisi lain, Electron lebih fokus ke pengembangan aplikasi desktop untuk Windows, macOS, dan Linux. Jadi, dari sisi platform target, keduanya sudah punya segmentasi yang sangat berbeda.

Namun, dalam beberapa kasus, developer butuh membuat produk yang tersedia di mobile dan desktop sekaligus. Di sinilah perbandingan React Native vs Electron jadi relevan—karena masing-masing menawarkan kemudahan membangun dari satu basis kode, tapi dengan pendekatan dan konteks yang berbeda.

2. Teknologi yang Digunakan

React Native mengandalkan React dan JavaScript untuk membangun antarmuka aplikasi lalu menerjemahkannya menjadi komponen native Android dan iOS. Di sisi lain, Electron memanfaatkan Chromium dan Node.js untuk menjalankan aplikasi desktop berbasis teknologi web.

React Native fokus menghadirkan performa tinggi di perangkat mobile. Di sisi lain, Electron lebih luwes dalam membangun tampilan desktop yang interaktif, meski dengan konsekuensi penggunaan memori yang lebih besar.

3. Performa dan Resource

Dalam konteks performa, React Native lebih ringan dan efisien untuk kebutuhan mobile, karena memang dikompilasi langsung ke elemen native. Electron, karena menggunakan Chromium, cenderung lebih berat dan bisa mengonsumsi lebih banyak RAM. Ini jadi salah satu kritik paling umum terhadap Electron.

Namun demikian, untuk aplikasi desktop seperti chat client atau IDE (misalnya Slack atau VS Code), performa Electron masih dianggap sangat memadai. Dalam diskusi React Native vs Electron, pertimbangan performa ini sering kali jadi penentu utama arah pengembangan aplikasi.

Baca Juga:  5 Alasan yang Menjadi Penyebab Churn Rate Tinggi
React Native vs Electron
Sumber: Canva

4. Kemudahan Pengembangan dan Komunitas

React Native memiliki komunitas yang sangat aktif, dokumentasi resmi yang lengkap, dan didukung langsung oleh Meta. Banyak plugin dan modul yang bisa digunakan langsung tanpa perlu menulis ulang kode native. Electron juga punya komunitas besar, terutama di kalangan developer web dan open-source, dengan ekosistem plugin yang stabil.

Jika kamu sudah terbiasa dengan React, belajar React Native bisa sangat cepat. Sementara itu, kalau kamu dari background web dev yang ingin masuk dunia desktop, Electron bisa jadi solusi yang cepat dan praktis. Maka dari itu, dalam bahasan React Native vs Electron, kemudahan belajar dan ekosistem developer jadi nilai penting yang tak boleh diabaikan.

5. Studi Kasus Penggunaan

React Native jadi pilihan ideal untuk membangun aplikasi mobile seperti toko online, media sosial, atau layanan berbasis lokasi. Sedangkan Electron ideal untuk aplikasi desktop seperti text editor, manajemen proyek, atau tools produktivitas.

Jadi ketika bicara soal React Native vs Electron, pertanyaannya bukan hanya “mana yang lebih baik?” tapi lebih ke “mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan platform utama dari aplikasi yang ingin kamu buat”.

Kapan Harus Memilih React Native vs Electron?

Memilih framework terbaik bukan soal siapa yang lebih canggih, tapi siapa yang lebih cocok dengan kebutuhan proyekmu. Yuk, lihat kapan sebaiknya pilih React Native vs Electron, tergantung dari kebutuhan dan platform yang ingin kamu bidik:

Gunakan React Native Jika:

  • Kalau tujuan utamamu adalah membuat aplikasi mobile – baik Android maupun iOS, maka React Native adalah pilihan yang dirancang khusus untuk itu. Jadi kalau aplikasi utamamu akan digunakan di smartphone, React Native jelas pilihan paling tepat.
  • Ingin pengalaman native tanpa bikin dua kodebase – dengan React Native, kamu bisa bikin aplikasi mobile multiplatform tanpa harus menulis kode Swift dan Java/Kotlin terpisah.
  • Mengincar performa dan UX yang smooth di mobile – karena hasilnya dikompilasi ke elemen native, performa aplikasi React Native lebih halus dibanding webview.

Gunakan Electron Jika:

  • Targetmu adalah aplikasi desktop – butuh aplikasi untuk Windows, macOS, atau Linux? Electron memberikan fleksibilitas tinggi dan hasil UI yang konsisten di semua OS.
  • Kamu dari background web developer – kalau kamu jago HTML, CSS, dan JavaScript, Electron bakal terasa familiar banget dan cepat dikuasai.
  • Ingin cepat rilis tanpa belajar bahasa native desktop – Electron memungkinkan kamu memanfaatkan skill web yang sudah kamu punya untuk bikin desktop app tanpa ribet.
Baca Juga:  Ketahui Pengertian, Keuntungan, dan Cara Jadi Dropshipper

Butuh Keduanya? Bisa!

Kalau kamu membangun platform yang ingin hadir di mobile dan desktop sekaligus, pertimbangkan pakai React Native untuk versi mobile dan Electron untuk versi desktop. Memang butuh effort ekstra untuk maintain dua project, tapi hasilnya bisa lebih optimal sesuai platform masing-masing.

Kalau bicara React Native vs Electron, tidak ada satu framework yang selalu unggul dalam semua situasi. Semua tergantung kebutuhanmu.

React Native vs Electron
Sumber: Canva

React Native vs Electron, Pilih Sesuai Kebutuhanmu

Di era digital serba cepat seperti sekarang, efisiensi dan fleksibilitas jadi kunci dalam pengembangan aplikasi. Baik React Native maupun Electron hadir untuk menjawab tantangan itu, tapi dengan cara yang berbeda. Dalam artikel ini, kami sudah mengulas React Native vs Electron dari berbagai sisi, mulai dari platform target, teknologi yang dipakai, performa, sampai kemudahan develop-nya.

Kalau tujuanmu bikin aplikasi mobile lintas platform dengan performa yang mendekati native, maka React Native jelas layak jadi pilihan utama. Sementara Electron lebih unggul di ranah desktop, terutama untuk kamu yang datang dari dunia web development dan ingin cepat go-live tanpa perlu belajar bahasa native desktop.

Beli Web Hosting Murah

 

Intinya? Tidak ada framework yang benar-benar unggul dalam semua hal. Pilihlah berdasarkan kebutuhan utama proyekmu, kemampuan tim, dan platform target user. Jangan ragu untuk eksplorasi dan bahkan kombinasikan keduanya kalau memang dibutuhkan!

Tertarik bangun aplikasi Cross-Platform? Apapun framework pilihanmu, React Native vs Electron, pastikan kamu menjalankannya di layanan hosting yang cepat, stabil, dan punya dukungan teknis andal. Nah, di tahap infrastruktur, Web Hosting DomaiNesia siap banget jadi partner andalan kamu dalam membangun dan menjalankan aplikasi secara optimal!

Dengan performa server terbaik, dukungan teknologi terbaru, dan tim support yang siap bantu 24/7, DomaiNesia siap mendukung setiap langkahmu dalam membangun aplikasi hebat. Yuk, mulai perjalanan coding kamu bareng DomaiNesia sekarang juga!

Hazar Farras

Hi ! I'm a Technical Content Specialist in DomaiNesia. Passionate about challenges, technology enthusiast, and dedicated K-pop lover always exploring new horizons and trends


Berlangganan Artikel

Dapatkan artikel, free ebook dan video
terbaru dari DomaiNesia

{{ errors.name }} {{ errors.email }}
Migrasi ke DomaiNesia

Migrasi Hosting ke DomaiNesia Gratis 1 Bulan

Ingin memiliki hosting dengan performa terbaik? Migrasikan hosting Anda ke DomaiNesia. Gratis jasa migrasi dan gratis 1 bulan masa aktif!

Ya, Migrasikan Hosting Saya

Hosting Murah

This will close in 0 seconds