• Home
  • Berita
  • Zero Trust di Cloud: Strategi Keamanan yang Wajib Diketahui!

Zero Trust di Cloud: Strategi Keamanan yang Wajib Diketahui!

Oleh Adisty C. Putri
Zero Trust di Cloud: Strategi Keamanan yang Wajib Diketahui! 1

Di era digital saat ini, adopsi layanan cloud terus meningkat pesat. Mulai dari penyimpanan data hingga pengelolaan infrastruktur, semuanya bisa dilakukan dengan lebih fleksibel melalui teknologi cloud. Namun, semakin terbukanya akses ke berbagai sumber daya juga menghadirkan risiko keamanan yang lebih kompleks. Di sinilah konsep Zero Trust menjadi sangat relevan.

Zero Trust bukan sekadar istilah dalam dunia keamanan siber, tapi merupakan pendekatan strategis yang menekankan prinsip “jangan percaya siapapun secara default, baik dari dalam maupun luar jaringan.” Pendekatan ini sangat cocok diterapkan dalam lingkungan cloud yang dinamis dan terbuka. Tanpa strategi keamanan yang tepat, cloud bisa menjadi titik lemah dalam sistem IT sebuah organisasi.

Lalu, bagaimana Zero Trust bisa diterapkan di cloud dan mengapa strategi ini penting untuk dipahami? Yuk, bahas satu per satu secara mendalam.

Apa Itu Zero Trust?

Zero Trust adalah pendekatan keamanan yang berlandaskan pada prinsip “never trust, always verify”. Artinya, tidak ada entitas baik itu pengguna, perangkat, maupun aplikasi yang secara otomatis dipercaya, bahkan jika mereka berada di dalam jaringan organisasi. Setiap permintaan akses harus diverifikasi terlebih dahulu, tanpa kecuali.

Berbeda dengan model keamanan tradisional yang biasanya mengandalkan perimeter security, di mana sistem akan mempercayai apa pun yang sudah berada “di dalam” jaringan, Zero Trust tidak mengandalkan lokasi fisik pengguna atau perangkat. Justru, pendekatan ini menganggap bahwa ancaman bisa datang dari mana saja—baik dari luar maupun dalam organisasi.

Baca Juga:  Apa Itu AngularJS? Panduan Lengkap dan Mudah

Perbedaan Zero Trust dan Model Keamanan Tradisional:

Zero Trust di Cloud

Dengan Zero Trust, organisasi dapat lebih fleksibel dan aman dalam mengelola akses pengguna, apalagi di era kerja jarak jauh dan penggunaan cloud yang makin umum. Model ini tidak hanya melindungi dari serangan eksternal, tapi juga dari ancaman internal misalnya ketika akun pengguna disusupi atau perangkat digunakan tanpa izin.

Prinsip Dasar Zero Trust

Zero Trust bukan hanya tentang teknologi, tapi juga cara berpikir dalam membangun arsitektur keamanan. Ada tiga prinsip utama yang menjadi fondasi Zero Trust:

1. Verifikasi Secara Eksplisit (Verify Explicitly)

Setiap akses harus divalidasi berdasarkan berbagai faktor, seperti:

  • Identitas pengguna
  • Lokasi geografis
  • Status perangkat
  • Tingkat risiko
  • Data sensitif yang diakses

Tidak ada asumsi bahwa hanya karena pengguna pernah login, maka dia boleh mengakses segalanya.

2. Gunakan Prinsip Least Privilege Access

Akses diberikan hanya sebatas yang dibutuhkan dan selama waktu yang dibutuhkan. Dengan kata lain, jangan beri akses berlebihan. Misalnya, seorang staf keuangan tidak perlu bisa mengakses sistem pengembangan aplikasi. Penerapan prinsip ini membantu meminimalkan dampak jika terjadi penyalahgunaan akun atau perangkat.

3. Asumsikan Terjadinya Pelanggaran (Assume Breach)

Zero Trust berasumsi bahwa pelanggaran bisa saja sedang terjadi atau akan terjadi kapan saja. Maka, sistem harus selalu waspada:

  • Aktivitas dipantau secara real-time
  • Log audit disimpan dan dianalisis
  • Ada sistem deteksi ancaman yang aktif

Dengan asumsi seperti ini, organisasi bisa merespons lebih cepat terhadap ancaman dan membatasi kerusakan yang mungkin terjadi.

Mengapa Zero Trust Penting di Lingkungan Cloud?

Lingkungan cloud bersifat terbuka, fleksibel, dan mudah diakses dari mana saja. Namun, justru karena sifat inilah, cloud rentan terhadap berbagai risiko keamanan—terutama jika masih menggunakan model keamanan tradisional yang berfokus pada perlindungan perimeter.

Beberapa alasan kenapa Zero Trust penting untuk cloud:

1. Pengguna dan Akses Terdistribusi

Pengguna cloud bisa berasal dari berbagai lokasi, menggunakan perangkat yang berbeda-beda. Tidak mungkin lagi mengandalkan kepercayaan hanya karena pengguna berada “di dalam jaringan.” Zero Trust memastikan setiap permintaan akses diverifikasi secara menyeluruh, tanpa memandang lokasi atau perangkat.

2. Ancaman Internal Meningkat

Serangan tidak selalu berasal dari luar. Dalam cloud, akun pengguna bisa disusupi atau disalahgunakan. Zero Trust meminimalkan risiko ini dengan prinsip akses minimum dan verifikasi terus-menerus.

Baca Juga:  [100% Lengkap] Internet of Thing (IOT) Penjelasan, Definisi dan contoh

3. Kompleksitas Aplikasi dan Infrastruktur

Layanan cloud seringkali terdiri dari berbagai aplikasi dan sistem yang saling terhubung. Jika satu titik lemah ditembus, seluruh sistem bisa terdampak. Zero Trust membagi akses secara mikro (microsegmentation) untuk mencegah penyebaran ancaman.

4. Kebutuhan Kepatuhan dan Regulasi

Banyak regulasi (seperti GDPR, HIPAA, ISO 27001) mengharuskan kontrol akses yang ketat dan pemantauan aktivitas pengguna. Zero Trust mendukung pencapaian standar tersebut dengan sistem logging dan kontrol yang ketat.

Zero Trust di Cloud
Sumber: Freepik

Langkah-Langkah Menerapkan Zero Trust di Cloud

Menerapkan Zero Trust di cloud bukan hal yang instan. Diperlukan perencanaan matang, pemahaman terhadap infrastruktur cloud yang digunakan, serta dukungan dari tim IT dan manajemen. Berikut adalah langkah-langkah strategis untuk memulainya:

1. Pahami Aset Digital dan Permukaan Serangan

Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua aset penting yang ada di cloud, seperti:

  • Data sensitif
  • Aplikasi dan layanan cloud
  • Sistem yang saling terhubung

2. Bangun Sistem Identitas yang Kuat

Zero Trust sangat bergantung pada pengelolaan identitas dan akses. Maka dari itu:

  • Terapkan Multi-Factor Authentication (MFA) untuk semua pengguna
  • Gunakan prinsip Least Privilege Access: setiap pengguna hanya mendapat akses yang benar-benar dibutuhkan
  • Kelola hak akses secara dinamis dan audit secara berkala

3. Terapkan Autentikasi dan Otorisasi Berlapis

Setiap permintaan akses ke sistem cloud harus melalui proses verifikasi yang ketat:

  • Cek identitas pengguna
  • Verifikasi perangkat yang digunakan
  • Validasi lokasi dan konteks akses
  • Gunakan otorisasi berbasis kebijakan (policy-based access)

4. Lakukan Segmentasi Akses (Microsegmentation)

Pisahkan sistem dan data ke dalam segmen-segmen yang hanya bisa diakses sesuai kebutuhan. Contohnya:

  • Tim pemasaran hanya bisa mengakses database pelanggan, tapi tidak server backend
  • Developer hanya bisa mengakses lingkungan staging, bukan production

5. Aktifkan Pemantauan dan Logging Real-Time

Zero Trust membutuhkan visibilitas menyeluruh terhadap semua aktivitas. Maka:

  • Aktifkan logging untuk semua akses, termasuk siapa yang mengakses apa, kapan, dan dari mana
  • Gunakan alat monitoring dan analisis (SIEM, UEBA, dll.)
  • Tetapkan sistem peringatan dini terhadap aktivitas mencurigakan

6. Uji dan Evaluasi Secara Berkala

Zero Trust bukan solusi sekali jalan. Harus ada:

  • Peninjauan kebijakan keamanan secara berkala
  • Simulasi pelanggaran (misalnya penetration test atau red team)
  • Penyesuaian strategi berdasarkan hasil evaluasi
Baca Juga:  Validasi Laravel Praktis untuk Aplikasi Web Andalmu
Zero Trust di Cloud
Sumber: Freepik

Tingkatkan Lapisan Keamanan Website dengan SSL di DomaiNesia

Tantangan dalam Implementasi Zero Trust

Meskipun konsep Zero Trust menawarkan perlindungan yang kuat terhadap berbagai ancaman siber, penerapannya di lingkungan cloud tetap memiliki tantangan tersendiri. Tantangan ini bisa datang dari sisi teknis, operasional, maupun budaya organisasi. Berikut beberapa tantangan utama yang sering dihadapi:

1. Kompleksitas Arsitektur dan Integrasi

Zero Trust bukan sekadar satu solusi atau perangkat, melainkan pendekatan menyeluruh yang mencakup identitas, jaringan, data, dan aplikasi. Saat diterapkan di cloud:

  • Harus bisa terintegrasi dengan berbagai platform cloud (multi-cloud atau hybrid cloud)
  • Memerlukan penyesuaian kebijakan yang rumit antar sistem
  • Bisa menimbulkan konflik dengan infrastruktur lama (legacy system)

2. Perubahan Budaya Keamanan

Banyak organisasi masih terbiasa dengan model keamanan perimeter lama, yang menganggap sistem internal otomatis aman. Zero Trust mengharuskan:

  • Verifikasi berulang terhadap semua akses
  • Kontrol ketat meski terhadap pengguna internal

3. Ketergantungan pada Identitas dan Data Kontekstual

Zero Trust sangat bergantung pada identitas pengguna dan konteks akses (seperti lokasi, perangkat, dan waktu). Tantangannya:

  • Sistem identitas harus benar-benar kuat dan bebas dari kebocoran
  • Data kontekstual harus selalu tersedia dan akurat

4. Keterbatasan Sumber Daya

Menerapkan Zero Trust membutuhkan:

  • Waktu dan tenaga tim IT untuk melakukan konfigurasi dan pemantauan
  • Biaya untuk membeli atau berlangganan solusi keamanan tambahan
  • SDM yang memahami teknologi keamanan cloud dan Zero Trust secara menyeluruh

5. Pemeliharaan dan Evaluasi Berkelanjutan

Zero Trust bukan solusi sekali pasang langsung aman. Sistem ini harus terus:

  • Dipantau
  • Diperbarui
  • Disesuaikan dengan ancaman terbaru
Zero Trust di Cloud
Sumber: Freepik

Zero Trust Bukan Tren, Tapi Kebutuhan Mutlak di Era Cloud

Di tengah pesatnya adopsi cloud dan meningkatnya ancaman siber, pendekatan Zero Trust bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mutlak bagi setiap organisasi. Dengan prinsip “jangan percaya siapapun sebelum diverifikasi,” Zero Trust menghadirkan model keamanan yang adaptif dan tangguh terhadap risiko internal maupun eksternal.

Meskipun implementasinya penuh tantangan, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar dalam menjaga data, sistem, dan kepercayaan pengguna. Zero Trust bukan solusi instan, tetapi fondasi penting untuk membangun keamanan digital yang berkelanjutan di era cloud modern.


Berlangganan Artikel

Dapatkan artikel, free ebook dan video
terbaru dari DomaiNesia

{{ errors.name }} {{ errors.email }}
Migrasi ke DomaiNesia

Migrasi Hosting ke DomaiNesia Gratis 1 Bulan

Ingin memiliki hosting dengan performa terbaik? Migrasikan hosting Anda ke DomaiNesia. Gratis jasa migrasi dan gratis 1 bulan masa aktif!

Ya, Migrasikan Hosting Saya

Hosting Murah

This will close in 0 seconds