• Home
  • Berita
  • Top 10 Tren UI 2025 yang Untuk Pengembang dan Desainer

Top 10 Tren UI 2025 yang Untuk Pengembang dan Desainer

Oleh Adisty C. Putri
Top 10 Tren UI 2025 yang Untuk Pengembang dan Desainer 1

Tahun 2025 membawa angin segar bagi dunia desain antarmuka pengguna (UI). Di tengah berkembang pesatnya teknologi seperti kecerdasan buatan, augmented reality, hingga perangkat wearable, ekspektasi terhadap tampilan dan pengalaman visual dari sebuah aplikasi atau situs web pun meningkat. Tren UI bukan sekadar soal estetika, tapi juga tentang bagaimana desain bisa menciptakan pengalaman pengguna yang lebih intuitif, personal, dan adaptif.

Bagi pengembang dan desainer, memahami tren UI terbaru bukan hanya soal mengikuti arus, tetapi juga soal membentuk masa depan produk digital yang lebih relevan dan berdampak. Dalam artikel ini, Kamu akan menemukan 10 tren UI paling menonjol di tahun 2025 yang bisa menjadi inspirasi sekaligus panduan dalam merancang antarmuka yang inovatif.

10 Tren UI 2025

1. AI-Driven Personalization

Di tahun 2025, personalisasi UI tidak lagi sebatas mengubah tema atau tata letak berdasarkan preferensi pengguna secara manual. Tren terbaru menunjukkan bahwa kecerdasan buatan (AI) kini berperan sebagai inti dari antarmuka yang adaptif dan dinamis. UI mampu belajar dari perilaku, kebiasaan, bahkan konteks emosional pengguna untuk menampilkan elemen visual, konten, hingga navigasi yang benar-benar relevan secara waktu nyata.

Misalnya, AI bisa menyesuaikan tampilan dashboard aplikasi berdasarkan fitur yang paling sering digunakan oleh pengguna. Atau pada aplikasi e-commerce, sistem UI dapat mengatur ulang letak produk dan filter sesuai pola pencarian dan interaksi sebelumnya. Ini menciptakan pengalaman yang terasa jauh lebih personal dan efisien.

2. Dark Mode 2.0

Mode gelap bukanlah hal baru, tapi di tahun 2025 tren ini mengalami transformasi signifikan. Versi terbarunyaโ€”sering disebut Dark Mode 2.0โ€”tidak hanya sekadar membalik warna latar dan teks, tapi juga menghadirkan pengalaman visual yang lebih cerdas, nyaman, dan estetis di berbagai kondisi pencahayaan.

Dark Mode 2.0 mampu beradaptasi secara otomatis dengan lingkungan pengguna, seperti intensitas cahaya sekitar atau waktu penggunaan. Misalnya, saat malam hari, UI bisa mengurangi kontras dan saturasi warna agar tidak menyilaukan mata. Bahkan, beberapa sistem mulai menerapkan dynamic dark themes yang mengatur bayangan, kedalaman elemen, dan efek cahaya untuk menciptakan nuansa yang tidak monoton.

Baca Juga:  Husarnet: VPN Berjaringan Peer-To-Peer Yang Terkenal di ROS

Untuk desainer, ini berarti perlu memikirkan lebih dari sekadar skema warna. Elemen seperti ikon, ilustrasi, dan tipografi harus tetap terbaca dan estetis baik dalam mode terang maupun gelap. Bagi pengembang, penting untuk menyediakan kontrol penuh bagi pengguna: otomatisasi, penjadwalan, atau opsi manual harus tersedia sebagai bagian dari pengalaman.

3. Neumorphism yang Lebih Fungsional

Neumorphism sempat menjadi tren visual yang kontroversial dalam dunia desain UI. Gaya ini menggabungkan elemen skeuomorphism dan flat design dengan tampilan lembut, bayangan halus, serta efek embos atau debos yang membuat komponen tampak seperti โ€œmunculโ€ dari latar belakang. Namun, meskipun menarik secara estetis, banyak desainer mengkritiknya karena sulit dibaca, tidak ramah aksesibilitas, dan minim kontras.

Memasuki tahun 2025, neumorphism mengalami evolusi ke arah yang lebih fungsional. Desain tidak lagi fokus hanya pada efek estetika, melainkan pada keterbacaan, kejelasan struktur hierarki visual, serta aksesibilitas untuk semua pengguna. Ini disebut dengan istilah baru oleh beberapa komunitas desain: functional neumorphism.

Contohnya, tombol tidak hanya tampak elegan secara visual, tapi juga memiliki hover state, active state, serta kontras warna yang cukup untuk dikenali oleh pengguna dengan gangguan penglihatan. Desainnya tetap mengusung estetika halus khas neumorphism, namun ditambah dengan lapisan interaktivitas dan kejelasan fungsional.

4. Micro Interaction yang Lebih Pintar

Micro interaction adalah animasi atau respon visual kecil yang muncul saat pengguna melakukan tindakan tertentuโ€”misalnya saat menekan tombol, menggeser elemen, atau menerima notifikasi. Di tahun 2025, micro interaction berkembang menjadi lebih cerdas dan kontekstual, bukan sekadar pemanis visual, melainkan elemen penting yang membantu memperjelas interaksi.

Tren terbaru menunjukkan bahwa micro interaction kini merespons perilaku pengguna secara real-time. Contohnya, tombol โ€œLikeโ€ yang tidak hanya berubah warna, tapi juga menyesuaikan animasi berdasarkan frekuensi atau emosi pengguna. Atau loading indicator yang bukan hanya menunjukkan proses, tapi juga memberikan estimasi waktu selesai dengan cara yang menarik dan informatif.

Selain itu, micro interaction kini dirancang agar lebih ramah perangkatโ€”mulai dari layar sentuh, perangkat wearable, hingga antarmuka suara. Hal ini membuat interaksi terasa lebih alami dan menyenangkan, sekaligus memberikan umpan balik instan yang memperkuat keterlibatan pengguna.

5. Augmented Reality UI (AR UI)

Dengan semakin canggihnya teknologi Augmented Reality (AR), tren UI 2025 mulai bergerak ke arah penggabungan antara dunia digital dan dunia fisik. AR UI memungkinkan elemen antarmuka seperti tombol, notifikasi, atau navigasi ditampilkan langsung di lingkungan nyata melalui perangkat seperti kacamata pintar atau smartphone dengan fitur AR.

Baca Juga:  7 Cara Membuat Website yang User-Friendly dan Disukai Pengunjung

Pengalaman UI dalam konteks AR sangat berbeda dengan layar datar tradisional. Elemen UI perlu diposisikan secara spasial, memiliki kedalaman, dan tetap terbaca dari berbagai sudut pandang pengguna. Ini menantang desainer untuk berpikir tiga dimensi dan mempertimbangkan faktor lingkungan seperti pencahayaan, gerakan pengguna, dan fokus visual.

Contoh penerapannya bisa dilihat pada aplikasi navigasi AR yang menampilkan petunjuk arah di jalanan secara langsung, atau dalam pengalaman belanja, di mana pengguna bisa melihat tampilan furnitur di ruang tamu sebelum membelinya. Bahkan dashboard kerja atau analitik bisa ditampilkan sebagai floating interface di sekitar pengguna.

6. Voice User Interface (VUI) dalam Desain Visual

Tren penggunaan perintah suara terus meningkat, didorong oleh teknologi asisten virtual seperti Google Assistant, Siri, dan Alexa. Tahun 2025 menjadi momen penting bagi Voice User Interface (VUI) untuk semakin terintegrasi ke dalam desain visual, menciptakan pengalaman multimodal yang lebih mulus.

Desain UI modern tidak hanya harus siap menerima input suara, tapi juga mampu memberikan umpan balik visual yang mendukung interaksi suara tersebut. Misalnya, saat pengguna memberi perintah โ€œtampilkan pesanan terakhirโ€, antarmuka secara otomatis menyorot area yang relevan, memperlihatkan status, dan memunculkan tombol tindakan seperti โ€œbatalkanโ€ atau โ€œulangi pesananโ€.

Selain itu, tren VUI 2025 juga memperkenalkan konsep visual cue for voice, di mana elemen UI memberikan sinyal bahwa sistem siap mendengarkan, sedang memproses, atau telah memahami perintah. Hal ini meningkatkan kepercayaan pengguna dan mengurangi kebingungan saat terjadi delay atau kesalahan input suara.

Bagi desainer, penting untuk memastikan bahwa visual dan suara saling memperkuatโ€”bukan bersaing. Bagi pengembang, integrasi sistem suara perlu dibarengi dengan logika yang memprioritaskan konteks, privasi, dan keamanan.

7. Motion Design sebagai Elemen Utama

Tahun 2025 menandai pergeseran besar dalam pemanfaatan motion design pada UIโ€”dari sekadar efek visual menjadi elemen penting dalam komunikasi dan navigasi antarmuka. Gerakan digunakan untuk memberi konteks, memperjelas alur, dan menarik perhatian ke elemen penting, bukan sekadar membuat antarmuka โ€œterlihat kerenโ€.

Misalnya, transisi yang halus saat berpindah antar halaman dapat memberikan petunjuk arah navigasi, sementara animasi mikro saat pengguna menambahkan item ke keranjang belanja bisa memperkuat rasa puas dalam interaksi. Bahkan loading screen kini tak lagi membosankanโ€”desain geraknya dimanfaatkan untuk menyampaikan progres atau memperkenalkan fitur baru.

Motion design juga membantu menjembatani ruang antar elemen UI, membuat perpindahan terasa lebih alami dan manusiawi. Saat digunakan dengan bijak, animasi bisa mengurangi beban kognitif, meningkatkan keterlibatan, dan membuat pengalaman terasa lebih intuitif.

Baca Juga:  Browser Terbaik 2024: Peran, Kriteria, dan Daftar Terbaik

Namun penting juga untuk memperhatikan durasi, frekuensi, dan keterbukaan terhadap pengguna dengan kebutuhan aksesibilitas. Animasi berlebihan atau terlalu cepat bisa mengganggu dan menyulitkan sebagian pengguna, terutama yang mengalami motion sickness atau gangguan visual.

8. Desain Adaptif untuk Perangkat Lipat dan Wearable

Dengan semakin populernya perangkat seperti ponsel lipat, smartwatch, dan kacamata pintar, desain UI di tahun 2025 dituntut untuk lebih adaptif dan responsif terhadap berbagai bentuk layar. Tampilan tidak hanya harus menyesuaikan ukuran, tapi juga perubahan orientasi, seperti membuka-tutup layar lipat atau beralih dari tampilan jam ke notifikasi di wearable.

Desain modular dan fleksibel menjadi kunci. Elemen UI harus bisa berpindah posisi, menyusut, atau bahkan berubah bentuk tanpa mengganggu fungsi utamanya. Transisi antar kondisi ini harus terasa mulus agar pengalaman pengguna tetap konsisten di semua mode.

Jasa Pembuatan Website Kami Siap Membantu!

9. UI Tanpa Antarmuka (Zero UI)

Zero UI mengacu pada antarmuka yang tidak lagi bergantung pada elemen visual tradisional, melainkan menggunakan gestur, suara, sensor, atau konteks untuk berinteraksi. Contohnya termasuk smart speaker yang merespons suara, atau perangkat rumah pintar yang merespons gerakan.

Di tahun 2025, tren ini makin relevan karena pengguna menginginkan interaksi yang lebih cepat, alami, dan minim gangguan visual. Tantangannya adalah memastikan sistem mampu memahami konteks dan memberikan umpan balik yang jelas meskipun tanpa tampilan layar.

10. Etika dan Aksesibilitas UI

Tren terakhir, namun tak kalah penting, adalah kesadaran etika dalam mendesain antarmuka, termasuk aksesibilitas bagi pengguna difabel, transparansi data, dan pencegahan dark pattern. UI di tahun 2025 harus memperhatikan keadilan digital: apakah elemen bisa dijangkau oleh semua pengguna? Apakah desain menyembunyikan sesuatu secara manipulatif?

Desainer dan pengembang perlu mengintegrasikan prinsip inklusivitas dan etika sejak awal proses perancangan, bukan sebagai tambahan belakangan.

Strategi Masa Depan Mengembangkan UI

Mengikuti tren UI 2025 bukan hanya tentang tampil kekinian, tapi juga soal menciptakan pengalaman yang relevan, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan teknologi dan perilaku pengguna. Dari personalisasi berbasis AI hingga antarmuka tanpa tampilan visual, semua tren ini menuntut desainer dan pengembang untuk berpikir lebih dalam tentang fungsionalitas, kenyamanan, serta tanggung jawab etis. Dengan memahami dan menerapkan tren ini secara bijak, Kamu tidak hanya membuat desain yang menarik, tapi juga membangun produk digital yang berkelanjutan dan siap menghadapi masa depan.


Berlangganan Artikel

Dapatkan artikel, free ebook dan video
terbaru dari DomaiNesia

{{ errors.name }} {{ errors.email }}
Migrasi ke DomaiNesia

Migrasi Hosting ke DomaiNesia Gratis 1 Bulan

Ingin memiliki hosting dengan performa terbaik? Migrasikan hosting Anda ke DomaiNesia. Gratis jasa migrasi dan gratis 1 bulan masa aktif!

Ya, Migrasikan Hosting Saya

Hosting Murah

This will close in 0 seconds