
Strategi Redesign Website yang Bikin Klien Langsung Deal

Halo DomaiNesians! Pernah nggak sih kamu udah capek-capek bikin proposal redesign website, tapi ujung-ujungnya cuma dibaca sekali terus ditinggal klien gitu aja? Padahal udah rapi, udah lengkap, bahkan udah dikasih desain awal.
Faktanya, banyak proposal gagal bukan karena skill-mu kurang, tapi karena kamu belum benar-benar tahu apa yang bikin klien besar bilang “deal!”.
Di artikel ini, kami akan kupas tuntas strategi menyusun proposal redesign website yang bukan cuma bagus di atas kertas, tapi juga bisa bikin klien percaya dan langsung kasih tanda tangan kontrak. Yuk, bahas langkah-langkah dan komponen penting yang bikin proposalmu stand out dan sulit ditolak.

Mindset Dulu: Proposal = Alat Closing, Bukan Laporan Teknis
Banyak web developer atau agency yang bikin proposal redesign website dengan sangat teknis. Ada daftar panjang tentang struktur HTML, CMS yang dipakai, plugin yang akan diinstal, sampai spesifikasi server. Lengkap? Iya. Tapi efektif buat closing? Belum tentu. Soalnya, kebanyakan klien besar itu bukan mikirin teknologinya, mereka mikirin hasil akhirnya.
Apakah redesign website ini bisa ningkatin konversi? Bisa naikin brand value? Bisa lebih cepat load dan lebih enak dipakai tim sales mereka? Nah, di sinilah kesalahan mindset sering terjadi: proposal jadi ajang pamer kemampuan teknis, bukan peta solusi yang meyakinkan secara bisnis.
Jadi, ubah dulu cara pandangmu. Proposal redesign website yang efektif adalah:
- Dokumen yang menunjukkan kamu ngerti masalah klien,
- punya solusi yang masuk akal dan berbasis hasil, dan
- dibuat dengan gaya komunikasi yang profesional tapi tetap membumi.
Misalnya, daripada menulis:
“Kami akan menggunakan framework X dengan struktur modular untuk efisiensi pengembangan.”
Lebih baik ditulis:
“Kami akan membangun website baru dengan teknologi yang memungkinkan tim Anda mengelola konten lebih cepat dan mengurangi beban maintenance kedepannya.”
Sama-sama teknis, tapi yang satu bicara bahasa developer, dan yang satu lagi bicara bahasa bisnis.
Intinya? Kalau kamu ingin proposal redesign website kamu langsung dilirik dan dipelajari serius, maka susunlah sebagai alat komunikasi bisnis yang fokus pada hasil dan manfaat nyata, bukan sekadar spesifikasi teknis.
Komponen Kunci Proposal Redesign Website yang Efektif
Proposal itu ibarat pitch deck. Harus padat, to the point, dan meyakinkan. Kalau bisa bikin klien mengangguk-angguk di setiap halamannya, berarti kamu udah di jalur yang benar. Yuk, bahas satu-satu:
1. Executive Summary yang Menjual (Bukan Basa-Basi)
Banyak yang nulis bagian ini kayak pengantar makalah kuliah. Padahal, justru di sinilah perhatian pertama klien ditentukan. Kalau ringkasannya membosankan, halaman selanjutnya bisa-bisa tidak dibaca. Jadi, isi bagian ini dengan:
- Masalah utama yang dihadapi klien saat ini,
- solusi yang kamu tawarkan lewat redesign website,
- benefit langsung yang akan mereka dapatkan.
Contoh kalimat kuat:
“Website Anda saat ini belum optimal untuk konversi mobile, memiliki loading time di atas 4 detik, dan UX yang kurang ramah. Lewat redesign website yang kami tawarkan, kami akan bantu meningkatkan kecepatan loading, mempermudah navigasi user, dan mendorong konversi hingga 40% lebih tinggi.”
Kuncinya, hindari menulis apa yang kamu lakukan. Tulislah apa yang mereka dapatkan.
2. Diagnosis Masalah: Tunjukkan Kalau Kamu Ngerti Sakitnya Mereka
Klien besar suka dengan vendor yang riset dulu, bukan yang asal tembak. Di bagian ini, kamu harus:
- Tampilkan audit sederhana website mereka sekarang,
- beri insight mendalam tapi tetap simpel,
- kaitkan dengan dampak nyata ke bisnis (misal: bounce rate tinggi, UX membingungkan, SEO buruk).
Contoh:
“Berdasarkan analisis tools PageSpeed dan Hotjar, ditemukan bahwa pengguna mobile kesulitan menyelesaikan transaksi karena CTA tersembunyi di bawah halaman. Ini membuat potensi transaksi hilang hingga 25% per hari.”
Dengan data seperti ini, kamu bukan cuma kasih opini, kamu kasih fakta.

3. Solusi Redesign Website: Bukan Sekadar Ganti Warna
Banyak yang jatuh ke jebakan menjelaskan fitur-fitur teknis, padahal klien tidak butuh tahu semua detail. Fokuslah pada:
- Apa yang akan kamu ubah?
- Kenapa perubahan itu penting?
- Apa dampaknya untuk user dan bisnis mereka?
Contoh kalimat:
“Kami akan merancang ulang halaman checkout dengan layout minimalis dan flow 3 langkah agar pengguna tidak merasa overwhelmed dan drop rate menurun signifikan.”
Kamu bisa tambahkan komponen terkini, seperti:
- Mobile-first design,
- integrasi chatbot AI,
- form dinamis berbasis behavior,
- dark mode opsional,
- micro-interaction untuk UX yang lebih hidup.
4. Roadmap & Timeline yang Terstruktur
Klien besar suka yang rapi dan terencana. Mereka tidak cuma mau tahu apa yang akan kamu lakukan, tapi juga kapan, berapa lama, dan di tahap mana mereka bisa ikut review. Di bagian ini, kamu bisa tampilkan:
- Tahapan kerja redesign website (misalnya: riset → wireframe → UI design → development → QA → live),
- estimasi waktu tiap tahapan (jangan lupa buffer),
- waktu review dan feedback dari klien,
- siapa yang bertanggung jawab di tiap tahap.
Contoh tabel sederhana:
Kenapa ini penting? Karena roadmap bikin proyek redesign website terasa terkontrol, terukur, dan minim risiko. Klien juga akan merasa lebih tenang karena tahu mereka dilibatkan di titik-titik penting.
Tambahkan catatan:
“Kami percaya bahwa keterlibatan klien dalam setiap tahapan akan memastikan hasil akhir yang sesuai harapan dan dapat segera memberikan dampak nyata.”
5. Estimasi Biaya + Value (Bukan Cuma Angka)
Nah, bagian ini sering jadi penentu utama, apalagi untuk klien yang punya budget ketat tapi ingin hasil maksimal. Yang perlu kamu tampilkan bukan hanya nominal, tapi juga:
- Breakdown per tahapan / fitur,
- penjelasan kenapa biaya itu masuk akal (bisa pakai analogi),
- perbandingan ringan: biaya vs potensi hasil,
- bonus value yang mereka dapat (misalnya: SEO basic, training, dokumentasi teknis, support 1 bulan).
Contoh:
“Biaya total redesign website: Rp 45.000.000
Termasuk: riset, UI/UX design, pengembangan, optimasi kecepatan, dan support pasca-live 30 hari.”
Kamu juga bisa tambahkan semacam insight ROI:
“Investasi redesign website ini diprediksi dapat meningkatkan konversi 30% dan menurunkan bounce rate hingga 40% dalam 3 bulan pertama.”
Ingat, klien besar rela bayar mahal, asal mereka tahu apa yang dibayar, kenapa harganya segitu, dan apa dampaknya.
6. Portofolio Relevan + Studi Kasus Singkat
Buat klien besar, janji tanpa bukti itu nothing. Di bagian ini kamu harus menunjukkan bahwa kamu:
- Pernah menyelesaikan proyek serupa,
- berhasil membawa hasil nyata,
- punya proses kerja yang bisa diandalkan.
Tips penyajiannya, pilih maksimal 3 portofolio yang paling relevan, sajikan format ringkas: Masalah → Solusi → Hasil, sertakan link jika memungkinkan (demo / live site), dan tampilkan testimoni singkat kalau ada.
Contoh format:
Klien: PT Retail XYZ (2024)
Masalah utama: Tampilan website lama belum mobile-friendly dan bounce rate-nya tinggi banget, bahkan sampai 65%.
Solusi: Redesign website dengan pendekatan mobile-first, optimasi UX checkout, dan CTA lebih menonjol.
Hasil: Bounce rate turun ke 38% dalam 2 bulan, conversion rate naik 2,3x lipat.
Testimoni: “Tim ini ngerti banget kebutuhan kami. Proposalnya solid, eksekusinya rapi, dan hasilnya terbukti. Worth every rupiah.” — Marketing Head PT XYZ
Buat klien, bagian ini bisa jadi momen “oke, mereka sudah terbukti bisa ngerjain. Tinggal cocokin anggaran dan jadwal.” Jadi, jangan pelit nunjukin hasil kerja terbaikmu. Kamu juga bisa bikin versi visual, misalnya:
- Sebelum vs Sesudah (tampilan homepage),
- grafik konversi sebelum/ sesudah,
- screenshot komentar positif user.
7. Ajakan Kolaborasi + Garansi yang Menenangkan
Setelah klien baca semua isi proposal, mereka pasti tanya dalam hati:
“Oke, kelihatannya bagus. Tapi… kalau gagal, gimana? Kalau hasilnya tidak sesuai, apa yang bisa saya harapkan?”
Di sinilah kamu masuk dengan tone yang bersahabat tapi meyakinkan. Tawarkan:
- Kalimat ajakan personal untuk berkolaborasi,
- komitmen garansi revisi terbatas,
- support pasca-proyek,
- penegasan bahwa kamu siap bantu mereka sukses.
Contoh:
“Kami percaya redesign website bukan sekadar proyek, tapi kolaborasi jangka panjang. Kami ingin jadi bagian dari pertumbuhan bisnis Anda.
Karena itu, kami menyediakan revisi sampai 2x setelah desain awal, support teknis 30 hari setelah go live, dan komunikasi fleksibel selama proyek berjalan. Kita menang bareng, bukan jalan sendiri-sendiri.”
Penting, hindari terlalu banyak janji, tapi beri rasa aman. Proposal kamu harus bikin klien merasa kalau mereka tidak sedang berjudi, tapi bermitra.
8. Desain Proposal Itu Sendiri = Branding
Yes, ini sering diremehkan. Soalnya, kalau tampilan proposal kamu aja kurang rapi atau terkesan asal-asalan, klien bisa mikir: “Proposal aja tidak niat, gimana nanti desain website saya?”
Maka dari itu:
- Pastikan desain proposal kamu punya tampilan yang bersih, profesional, dan nyaman dibaca dari awal sampai akhir,
- gunakan warna dan font yang konsisten dengan gaya branding kamu,
- sertakan elemen visual: ikon, grafik, ilustrasi ringan,
- format PDF interaktif? Makin oke!
Kalau kamu pakai tools seperti Notion, Figma, Canva, atau InDesign, pastikan hasil akhirnya bisa menunjukkan kualitas dan standar kamu sebagai penyedia jasa redesign website. Ingat, proposal adalah contoh pertama dari kualitas desain kamu. Jangan sia-siakan momen itu.

Bikin Klien Tidak Ragu Buat Bilang “Deal!”
Di dunia profesional, terutama saat berhadapan dengan klien besar, hal yang kamu jual bukan cuma jasa. Kamu juga menjual keyakinan, bahwa kamu paham apa yang mereka butuh, punya proses yang rapi, dan mampu eksekusi sampai tuntas.
Proposal redesign website yang efektif bukan proposal yang penuh jargon teknis. Tapi yang fokus pada kebutuhan klien, menyajikan solusi nyata, dan dibungkus dengan desain yang mencerminkan kualitas kerja kamu. Lengkap, padat, tapi tetap manusiawi dan meyakinkan.
Jadi, kalau kamu sedang bersiap buat mengincar proyek redesign website berikutnya, terutama dari klien besar, pastikan kamu menyusun proposalmu pakai strategi di atas.
Dan kalau kamu butuh tim yang bisa bantu kamu mengeksekusi proyek redesign website ini dengan cepat, profesional, dan hasil yang bisa dibanggakan…
Gunakan Jasa Website Profesional dari DomaiNesia! Kami siap bantu kamu bangun ulang website yang lebih cepat, lebih modern, dan lebih siap memikat user dan klien. Mulai dari desain UI/UX, optimasi SEO, sampai deployment ke server, semua kami tangani dengan tim terbaik di bidangnya.