• Home
  • Berita
  • Bekerja Jadi Freelance? Cari Tahu Plus Minusnya Dulu!

Bekerja Jadi Freelance? Cari Tahu Plus Minusnya Dulu!

Oleh Ratna Patria
No ratings yet.

Menurut kamu, pekerjaan yang ideal itu seperti apa, Domainesian? Apa harus bekerja di kantor selama 8 jam? Memakai seragam? Gaji yang tetap? Jika kamu adalah baby boomer, kamu pasti akan menjawab “ya” dengan mantap. Namun, bagi milenial, anggapan pekerjaan yang ideal mulai bergeser dari patokan generasi baby boomer. Sekarang, generasi milenial lebih cenderung suka dengan tren bekerja yang waktu kerjanya longgar, tidak terikat permanen, dan bisa bertemu banyak orang. Bekerja seperti itu di zaman sekarang bisa disebut sebagai freelance. Pasti sudah banyak yang tahu soal freelance, bukan? Freelance adalah seseorang yang bekerja sendiri dan tidak berkomitmen kepada majikan/perusahaan dalam jangka panjang tertentu. Blogger, vlogger, influencer, adalah beberapa contoh pekerjaan freelance. Hingga sekarang, banyak generasi milenial yang ingin bekerja jadi freelance.

Banyak anak muda dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya yang lebih memilih bekerja jadi freelance dibanding kerja kantoran. Menurut data dari Indonesia Freelancers Association, di tahun 2012 jumlah freelancer di Indonesia hanya mampu menempuh angka sekitar 60.000 orang saja. 5 tahun berselang, jumlah freelancers di Indonesia mampu menembus angka 1 juta orang di tahun 2017. Ini berarti, ada lonjakan peningkatan freelancers 1.566,67% selama 5 tahun.

Lantas, kenapa beberapa tahun belakangan freelance menjadi tren yang sangat diminati? Apa alasan para generasi milenial melirik freelance sebagai cara kerja zaman sekarang?

Baca Juga : Cara Buat Blog Mudah Tanpa Ribet Bagi Pemula

Kenapa Orang Memilih Freelance?

Plus Minus Buat Kamu yang Pengen Bekerja Jadi Freelance
source: freepik.com

Indonesia dinilai buruk soal jam kerja. Dikutip dari vice.com, di Indonesia para pekerjanya rata-rata bekerja selama 60 jam dalam satu minggu. Jika dihitung per hari, maka sehari para pekerja Indonesia bekerja selama 12 jam, dengan asumsi hari Sabtu dan Minggu libur. Soal keseimbangan kerja, Indonesa juga dinilai buruk. Indonesia menempati urutan ketiga terburuk setelah Korea Selatan dan Turki.

Bukannya jam kerja di Indonesia maksimal 40 jam dalam sepekan? Memang, dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur kalau segala pekerjaan hanya boleh bekerja maksimal 40 jam dalam seminggu. Selebihnya, dihitung sebagai jam lembur dan perusahaan wajib memberikan bayaran kalau lembur. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Banyak perusahaan memanfaatkan ketidaktahuan para pekerjanya tentang UU tersebut dengan memberikan pekerjaan lembur tanpa dibayar. Apalagi, sekarang dengan adanya tren “jam kerja fleksibel” yang dipelopori banyak start up, membuat para pekerjanya bingung untuk menentukan jam kerjanya.

Pada dasarnya, jam kerja fleksibel diartikan sebagai waktu kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerjanya, asalkan pekerjaannya bisa selesai. Namun, pada prakteknya jam kerja fleksibel sering disamakaan dengan kerja siap sedia selama 24 jam. Jam kerja yang fleksibel sering menjadi celah bagi para perusahaan untuk mengakali sistem lembur. Akibatnya, 40 jam kerja dalam sepekan hanya mitos belaka.

Kasus Kematian karena Bekerja

Plus Minus Buat Kamu yang Pengen Bekerja Jadi Freelance
source: freepik.com

Sudah banyak kasus mengenai jam kerja yang terlalu banyak membuat nyawa orang melayang. Masih segar di ingatan kita soal bunuh diri di Jepang karena terlalu banyak bekerja. Hari Natal tahun 2015 silam seharusnya menjadi momen bahagia bagi keluarga Matsuri Takahashi. Namun, semuanya berubah setelah Takahashi lompat dari gedung hingga tewas. Alasannya, perempuan berumur 24 tahun tersebut stress karena bekerja selama 100 jam dalam satu bulan. Selain itu, seorang pemuda bernama Naoya meninggal dengan umur 27 tahun akibat overdosis obat. Dirinya sering terlihat bekerja hingga tidak pulang. Bahkan, Naoya pernah bekerja selama 37 jam tanpa istirahat.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Meskipun tidak separah Jepang, tetapi banyak pekerjaan yang jika dihitung-hitung lebih dari 8 jam. Banyak perusahaan kreatif semacam agensi iklan, jasa desain, survei pasar, yang menggunakan jam kerja fleksibel. Padahal, akan ada masalah soal waktu kerja karena jam kerja tidak ada yang menghitung. Meskipun para pekerja merasa sudah bekerja selama 8 jam, tetapi jika perusahaan butuh untuk bekerja larut, maka mau tidak mau pekerja harus mau, karena perusahaan tidak menetapkan 8 jam kerja sehari.

Oleh karena itulah, banyak milenial yang menganggap bahwa bekerja jadi freelance adalah jalan keluar bagi mereka dalam bekerja. Generasi milenial menganggap bahwa bekerja jadi freelance yang tidak terikat waktu, tidak terikat tempat, dan tidak terikat sebagai karyawan cocok bagi mereka yang berjiwa bebas. Namun, apa benar menjadi freelance akan semenyenangkan itu?

Plus Minus Bekerja jadi Freelance

Plus Minus Buat Kamu yang Pengen Bekerja Jadi Freelance
source: freepik.com

Namanya bekerja, tentu ada hal yang menyenangkan dan tidak. Begitu juga dengan freelance. Ada plus dan minus jika kamu bekerja jadi freelance. Apa saja plus minusnya?

  1. Waktu

    Waktu selalu menjadi hal yang krusial dalam bekerja. Tidak sedikit orang yang yang menganggap waktu 8 jam sehari untuk bekerja adalah kurang. Banyak juga yang beranggapan kalau di negara lain lebih enak karena waktu kerjanya kurang dari 8 jam. Bagi orang yang bekerja jadi freelance, waktu yang fleksibel memiliki plus minus tersendiri. Poin plusnya, freelancer bisa mengatur waktunya sesuka hati. Dirinya bisa mengatur bagaimana dan kapan pekerjaan akan diselesaikan. Poin minusnya, freelancer bisa kelabakan jika ada pekerjaan tambahan yang mendadak. Ketika semua tugas kerjaan sudah diatur, tiba-tiba ada pekerjaan tambahan yang harus segera diselesaikan.

  2. Penghasilan

    Salah satu orang bekerja adalah untuk mendapatkan penghasilan, bukan? Begitu juga dengan freelancer. Mereka bekerja tentu saja untuk mendapatkan uang. Namun, ada plus minus yang freelancer dapat ketika bicara soal penghasilan. Poin plusnya, segala pekerjaan yang freelancer kerjakan, penghasilannya akan langsung masuk ke rekening sendiri. Poin minusnya, freelancer tidak akan tahu kapan penghasilannya akan datang. Meskipun dalam surat perjanjian sudah mencantumkan soal waktu pembayaran, tetapi penghasilan yang telat masih sering terjadi di kalangan freelancer.

  3. Status

    Kebanyakan orang masih menganggap kalau pekerjaan di kantoran adalah istimewa dan pekerjaan di lapangan adalah biasa dan rendah. Bagi freelancer, itu menjadi tantangan tersendiri. Poin plusnya, kamu bisa balas dengan karya. Tunjukkan kalau menjadi freelance juga punya keuntungan tersendiri dibanding kantoran, semisal bisa travelling tanpa harus nunggu cuti, bisa pergi kemana saja tanpa perlu izin kantor. Poin minusnya, akan banyak orang yang membicarakan soal freelancer. Banyak orang masih menganggap posisi freelance adalah bahasa halus dari pengangguran terselubung.

Jadi, kamu tertarik jadi freelancer, Domainesian? Pada dasarnya, menjadi freelancer atau pekerja kantoran tidak ada masalah. Asalkan kamu tetap pertimbangkan sesuai kebutuhanmu saja. Jika kamu butuh pekerjaan yang tidak terikat, maka freelance bisa menjadi pilihan. Jika kamu butuh pekerjaan yang tidak beresiko tinggi, pegawai kantoran adalah pilihanmu. Yuk share pengalaman bekerja kamu, Domainesian!

Ratna Patria

Hi! Ratna is my name. I have been actively writing about light and fun things since college. I am an introverted, inquiring person, who loves reading. How about you?


Berlangganan Artikel

Dapatkan artikel, free ebook dan video
terbaru dari DomaiNesia

{{ errors.name }} {{ errors.email }}
Migrasi ke DomaiNesia

Pindah Ke DomaiNesia

Tertarik mendapatkan semua fitur layanan DomaiNesia? Dapatkan Diskon Migrasi 40% serta GRATIS biaya migrasi & setup

Ya, Migrasikan layanan Saya!

Hosting Murah

This will close in 0 seconds