• Home
  • Berita
  • D2C : Strategi Model Bisnis Jitu Direct to Customer

D2C : Strategi Model Bisnis Jitu Direct to Customer

Oleh Mila Rosyida
No ratings yet.

Pertumbuhan e-commerce, dipercepat oleh pandemi, telah menunjukkan pentingnya memiliki toko online yang solid dan kemampuan untuk berinteraksi langsung dengan konsumen. Perusahaan yang membangun kehadiran online yang kuat dapat menangkap sebagian dari peningkatan lalu lintas dan penjualan online. Dengan menggunakan model bisnis Direct to Customer, tentu dapat menawarkan peluang untuk pendekatan bisnis dalam cakupan bisnis online. Yuk kenali lebih lanjut tentang model bisnis Direct to Customer ini!

Pengertian D2C

Model bisnis Direct to Customer (D2C) mengubah cara perusahaan berinteraksi dengan konsumen. Pada dasarnya, D2C memungkinkan perusahaan untuk menjual produk atau layanan langsung kepada konsumen tanpa melibatkan perantara seperti distributor, wholesaler, atau retailer.

Model ini dilakukan melalui pemanfaatan teknologi digital, termasuk platform e-commerce, media sosial, dan situs web perusahaan, yang memfasilitasi interaksi langsung dengan pelanggan akhir.

Pendekatan ini memberikan kontrol penuh kepada perusahaan atas pengalaman merek mereka, mulai dari cara produk dipresentasikan hingga pengalaman pembelian dan layanan purna jual.

d2c
Sumber : envato

D2C dapat diterapkan di berbagai industri. Misalnya, di industri wine, Kebun dan Pabrik Anggur Daou di California memproduksi dan menjual anggur mereka secara online serta melalui toko ritel bermerek sendiri.

Strategi ini bukan hanya tentang penjualan, namun dengan menawarkan pengalaman unik seperti pengujian rasa, perusahaan dapat meningkatkan keterlibatan pelanggan dan memperkuat hubungan mereka dengan merek.

Industri fashion juga telah merangkul model D2C dengan sukses, seperti yang ditunjukkan oleh desainer Jerman Hien Le, yang menjual karyanya baik secara online maupun di toko fisik di Berlin, menargetkan pasar lokal dan akhirnya menjadi ikon fesyen yang terkenal.

Penggunaan strategi D2C tidak terbatas pada merek baru atau niche, beberapa merek terkenal seperti Crest, Nike, dan Loreal juga telah menjelajahi model ini, meskipun produk mereka juga tersedia melalui pengecer tradisional seperti Kroger, Walgreens, atau Nordstrom.

Perbedaan utama dalam pendekatan terbaru ini terletak pada eliminasi perantara. Merek seperti Gap dan Apple, yang telah lama mengadopsi model penjualan langsung melalui toko ritel fisik, sekarang melihat nilai tambah dalam menjual langsung kepada konsumen akhir melalui platform e-commerce.

Hal ini memungkinkan pelanggan untuk belajar, berbelanja, membeli, dan terlibat langsung dengan merek favorit mereka dalam satu ekosistem online.

Pertumbuhan e-commerce, dipercepat oleh pandemi, telah menunjukkan pentingnya memiliki toko online yang solid dan kemampuan untuk berinteraksi langsung dengan konsumen.

Perusahaan yang membangun kehadiran online yang kuat dapat menangkap sebagian dari peningkatan lalu lintas dan penjualan online.

Model D2C, dengan mengurangi atau mengeliminasi perantara, tidak hanya dapat menurunkan biaya terkait tetapi juga menawarkan peluang untuk pendekatan e-commerce yang lebih langsung dan pribadi di masa depan.

Dengan strategi pemasaran e-commerce D2C, perusahaan tidak perlu bergantung pada perantara untuk menjual produk mereka. Mereka dapat menjual langsung ke konsumen melalui platform digital, memiliki kendali penuh atas produksi, pemasaran, dan distribusi produk.

Hal ini memungkinkan perusahaan untuk lebih responsif terhadap kebutuhan dan preferensi pelanggan, memberikan pengalaman yang lebih disesuaikan dan meningkatkan loyalitas merek.

Model D2C mewakili pergeseran signifikan dalam cara perusahaan berhubungan dengan konsumen, menawarkan peluang baru untuk keterlibatan yang lebih dalam dan hubungan yang lebih pribadi dengan pelanggan.

Hal ini menunjukkan evolusi penting dalam strategi bisnis dan pemasaran, di mana kontrol, personalisasi, dan interaksi langsung menjadi kunci keberhasilan. 

Karakteristik Model D2C

Berikut ini karakteriktik dari bisnis model direct to customer antara lain :

Kontrol Brand

Perusahaan memiliki kontrol penuh atas citra merek, cara produk dipresentasikan, dan pengalaman pelanggan.

Interaksi Langsung dengan Pelanggan

D2C memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan pelanggan mereka, membangun hubungan yang lebih dekat dan mengumpulkan feedback yang berharga.

Pemanfaatan Teknologi

Penggunaan platform online, media sosial, dan data analytics untuk menjangkau dan melayani pelanggan secara efisien.

Sumber : envato

Personalisasi Produk dan Pengalaman

Kemampuan untuk menyesuaikan produk dan pengalaman belanja berdasarkan preferensi dan perilaku pelanggan individual.

Tantangan Melakukan D2C Pada Bisnis

Setiap melakukan bisnis pasti akan menemui beberapa tantangan. Begitu juga apabila kamu menggunakan model bisnis direct to customer. Di bawah ini merupakan beberapa tantangan yang kemungkinan akan kamu temui apabila kamu menggunakan model bisnis direct to customer, yaitu :

Akuisisi pelanggan

Salah satu tantangan besar bagi bisnis yang mengikuti model Direct to Customer (D2C) adalah menarik pelanggan baru.

Berbeda dengan model tradisional, dimana produk-produk ditampilkan di toko-toko ritel yang sudah punya pengunjung tetap seperti Macy’s, bisnis D2C perlu usaha ekstra untuk membawa konsumen ke situs web mereka sendiri.

Misalnya, jika sebuah merek menjual pakaian langsung ke konsumen, mereka tidak hanya harus memikirkan cara agar produknya menonjol, tapi juga bagaimana caranya agar pelanggan tahu tentang situs web mereka dan memutuskan untuk berkunjung.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh merek D2C untuk menarik pelanggan:

  • Pencarian Organik dan SEO: Mengoptimalkan situs web untuk muncul di hasil pencarian Google adalah cara penting untuk menarik lalu lintas organik. Artinya, situs web perusahaan muncul ketika seseorang mencari kata kunci yang relevan dengan produk mereka.
  • Media Sosial: Media sosial merupakan alat yang ampuh untuk membangun kesadaran merek. Banyak pembeli, terutama dari generasi Z, mengaku keputusan pembelian mereka dipengaruhi oleh media sosial.
  • Iklan Berbayar: Merek dapat menggunakan iklan berbayar di Facebook, Instagram, Google, dan lainnya untuk menarik pelanggan. Hal ini memungkinkan merek untuk menargetkan audiens spesifik dan mengukur keefektifan iklan mereka. Misalnya, jika nilai seumur hidup pelanggan adalah $300 dengan margin 50%, maka perusahaan bisa membenarkan pengeluaran hingga $150 untuk akuisisi pelanggan baru, meskipun tujuan sebenarnya adalah menghabiskan lebih sedikit untuk meningkatkan profitabilitas.

Distribusi produk

Berbeda dengan merek yang menjual produknya melalui pengecer, bisnis D2C bertanggung jawab penuh atas penyimpanan, pengemasan, dan pengiriman produk mereka langsung ke pelanggan.

Artinya bahwa dari saat sebuah produk selesai dibuat hingga saat produk itu tiba di tangan pelanggan, merek D2C harus mengelola setiap langkah proses tersebut.

Dalam model penjualan tradisional, produsen hanya perlu mengirimkan produk mereka ke pusat distribusi pengecer, di mana produk tersebut kemudian dijual dan, jika perlu, dikembalikan oleh pelanggan ke pengecer.

Namun, dalam model D2C, perusahaan harus menangani semua aspek logistik ini sendiri. Hal ini termasuk menerima produk dari pabrik, menyimpannya dengan aman, mengemas pesanan dengan benar, dan mengirimkannya ke pelanggan.

Selain itu, jika pelanggan ingin mengembalikan atau menukar produk, merek D2C juga harus mengelola proses tersebut. 

Mengelola logistik ini tidak hanya memerlukan usaha yang lebih besar secara operasional tetapi juga dapat menimbulkan tantangan dan hambatan tambahan, seperti kesalahan pengiriman atau masalah layanan pelanggan yang memerlukan tim yang tangguh untuk menanganinya.

Biaya pengiriman pun menjadi pertimbangan tambahan dalam setiap transaksi.Untuk memudahkan proses distribusi ini, beberapa merek D2C memilih untuk bekerja sama dengan mitra logistik pihak ketiga (3PL). Mitra 3PL dapat mengambil alih tugas-tugas seperti penyimpanan, pengemasan, dan pengiriman, memungkinkan merek untuk fokus pada aspek-aspek lain dari bisnis mereka. Kerjasama dengan mitra 3PL yang tepat, terutama yang menawarkan solusi pengemasan berkelanjutan, bisa sangat membantu dalam memastikan proses distribusi yang efisien dan ramah lingkungan.

Skalabilitas

Skalabilitas merupakan tantangan signifikan untuk bisnis Direct to Customer (D2C). Dalam model D2C, perusahaan menjual produk mereka langsung ke pelanggan, satu per satu.

Hal ini berbeda dengan model tradisional, di mana merek biasanya menjual produk dalam jumlah besar kepada pengecer.

Dalam model tradisional, merek dapat menunggu sampai mereka menerima beberapa pesanan pembelian dari pengecer sebelum mereka memesan produksi besar-besaran dari pabrik, memungkinkan mereka untuk menikmati pengurangan biaya per unit berkat pembelian dalam volume besar.

Namun, untuk bisnis D2C, tantangannya adalah mereka harus memprediksi berapa banyak produk yang akan mereka jual tanpa memiliki pesanan pembelian awal dari pengecer.

Pada tahap awal, tanpa adanya data penjualan historis yang solid, ini membuat mereka harus memproduksi dalam jumlah yang lebih kecil dan kurang pasti.

Produksi skala kecil ini sering kali mengakibatkan biaya per unit yang lebih tinggi, karena mereka tidak dapat memanfaatkan keuntungan dari skala ekonomi seperti yang bisa dilakukan oleh merek yang menjual melalui pengecer.

Sumber :envato

Terlewatkan oleh pasar tradisional

Bisnis Direct to Customer (D2C) menghadapi tantangan besar karena terlewatkan oleh pasar tradisional. Walaupun bisnis D2C telah mengubah cara kita membeli segala sesuatu, dari sepatu hingga layanan kesehatan, cara utama orang berbelanja masih melalui toko fisik atau pengecer online.

Hal ini berarti bahwa bisnis D2C mungkin tidak menjangkau sebagian besar pembeli yang lebih memilih berbelanja dengan cara tradisional. Untuk mengatasi hal ini, banyak merek memilih untuk menggabungkan pendekatan D2C dengan model ritel tradisional.

Hal ini memungkinkan mereka untuk menawarkan produk mereka kepada lebih banyak pelanggan, baik secara online maupun di toko fisik. Beberapa merek yang awalnya hanya menjual melalui pengecer tradisional bahkan telah beralih ke model D2C, mencari cara baru untuk terhubung langsung dengan pelanggan mereka.

Strategi D2C pada bisnis 

Membangun strategi yang efektif untuk bisnis Direct to Customer  membutuhkan pendekatan yang kreatif dan terintegrasi, memanfaatkan berbagai saluran digital untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Berikut adalah penjelasan yang lebih mendalam tentang beberapa strategi kunci yang dapat diterapkan bisnis Direct to Customer :

Pemasaran media sosial

Dalam era digital ini, kehadiran di media sosial bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan, terutama untuk merek yang mengandalkan umpan balik langsung dari pelanggan dan efek dari mulut ke mulut.

Platform seperti TikTok, Facebook, dan Instagram menjadi alat yang ampuh untuk menarik perhatian konsumen. Misalnya, dengan memanfaatkan Instagram, merek dapat berbagi cerita yang menggugah, seperti kampanye Hari Ibu yang dilakukan oleh Licious, untuk membangun koneksi emosional dengan audiens dan mempromosikan produk baru.

Strategi ini memungkinkan merek untuk berinteraksi langsung dengan konsumen mereka, membangun komunitas sekaligus meningkatkan kesadaran merek.

Mesin pencari Marketing

SEO, atau optimisasi mesin pencari, adalah teknik penting untuk meningkatkan visibilitas produk merek di halaman hasil mesin pencari (SERP).

Strategi SEO yang efektif memastikan bahwa produk kamu muncul di posisi teratas baik di desktop maupun perangkat seluler, meningkatkan kemungkinan klik oleh pengguna yang mencari produk atau layanan terkait.

Dengan konten yang dioptimalkan dan kata kunci yang relevan, merek dapat menarik lalu lintas berkualitas ke situs web mereka, memperbesar peluang konversi.

Pemasaran Bayar Per Klik (PPC)

Bayar per klik adalah strategi pemasaran digital di mana merek membayar setiap kali iklan mereka diklik.

Hal ini adalah cara yang efektif untuk mengarahkan lalu lintas ke situs web kamu dengan cepat dan meningkatkan kesadaran merek.

Melalui iklan PPC di mesin pencari atau platform media sosial, merek Direct to Customer dapat menargetkan audiens spesifik berdasarkan demografi, minat, dan perilaku, memastikan bahwa iklan mereka dilihat oleh konsumen yang paling mungkin tertarik dengan produk mereka.

Pemasaran Video Viral

Dalam dunia yang penuh dengan informasi, membuat konten yang menonjol bisa menjadi tantangan. Namun, video viral menawarkan kesempatan untuk merek D2C dalam menangkap perhatian konsumen dengan cara yang menarik dan menghibur.

Video yang viral tidak hanya meningkatkan kesadaran merek tetapi juga dapat mendorong penjualan secara signifikan. Merek dapat memanfaatkan platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram untuk berbagi video yang kreatif, relatable, dan mungkin memicu tren, meningkatkan daya tarik produk mereka di pasar.

Email Pemasaran

Email merupakan salah satu alat pemasaran yang paling lama digunakan, namun kekuatannya terletak pada kemampuan untuk mempersonalisasi.

Dalam dunia D2C, menggunakan email tidak hanya sekedar mengirimkan pesan, tetapi tentang mengirimkan pesan yang tepat, kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat.

Misalnya, membagi (segmentasi) pelanggan kamu berdasarkan kriteria tertentu seperti pelanggan baru, pelanggan yang mungkin berhenti berlangganan, atau mereka yang meninggalkan keranjang belanja memungkinkan kamu untuk menyesuaikan pesan kamu.

Hal ini bisa berarti mengirimkan penawaran khusus kepada pelanggan baru, mengingatkan pelanggan yang meninggalkan keranjang belanja untuk menyelesaikan pembelian mereka, atau menawarkan diskon khusus untuk mengurangi kemungkinan pelanggan berhenti berlangganan.

Pemasaran email yang dipersonalisasi ini meningkatkan relevansi dan efektivitas komunikasi kamu, mendorong keterlibatan dan konversi.

Beli Email Hosting

Pemasaran Influencer

Konsep pemasaran melalui influencer mungkin tidak baru, tapi relevansinya tetap kuat karena kemampuannya untuk menghasilkan konten autentik dan menarik.

Contoh nyata adalah strategi yang digunakan oleh Kosmetik Gula. Mereka menciptakan filter khusus dan bekerja sama dengan influencer untuk mempromosikan produk mereka, yang tidak hanya meningkatkan kesadaran merek tetapi juga mendorong penjualan secara signifikan dalam waktu singkat.

Hal ini menunjukkan bagaimana kerja sama dengan influencer yang tepat dapat menciptakan buzz seputar produk kamu dan mendorong tindakan langsung dari konsumen.

Aktivisme Sosial

Menunjukkan keterlibatan merek kamu dalam isu-isu sosial dapat memberikan dimensi tambahan pada strategi pemasaran D2C kamu. Konsumen modern tidak hanya membeli produk, tetapi mereka juga ingin merasa bahwa mereka mendukung merek yang nilai-nilainya sesuai dengan keyakinan mereka.

Blue Apron, misalnya, menggunakan aktivisme sosial sebagai bagian dari strategi pemasarannya dengan menyoroti pendekatan ramah lingkungan mereka dalam mengelola limbah. Hal ini tidak hanya membantu membedakan merek dari pesaing tetapi juga membangun koneksi yang lebih dalam dengan pelanggan yang peduli dengan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Tips Sukses Melakukan D2C

Menjalankan bisnis Direct to Customer membutuhkan pendekatan yang cermat untuk membangun hubungan langsung dengan konsumen kamu.

Berikut adalah beberapa tips untuk membantu kamu sukses dalam dunia Direct to Customer :

Tentukan merek

Langkah pertama dan terpenting dalam membangun bisnis Direct to Customer yang sukses adalah mendefinisikan merek kamu secara jelas. Hal ini melibatkan pemahaman mendalam tentang apa yang membuat bisnis kamu unik—apa nilai, misi, dan kepribadian merek kamu.

Identitas merek yang kuat dan konsisten harus menjadi benang merah yang menghubungkan semua aspek bisnis kamu, dari desain produk dan kemasan hingga cara kamu berkomunikasi dengan pelanggan melalui pemasaran dan layanan pelanggan.

Dengan memiliki merek yang kuat, kamu tidak hanya membedakan diri dari kompetitor tetapi juga membangun koneksi emosional dengan pelanggan kamu.

Kembangkan proposisi nilai yang unik

Proposisi nilai yang unik (Unique Value Proposition – UVP) adalah inti dari apa yang kamu tawarkan yang tidak bisa ditawarkan oleh pesaing kamu. Hal ini harus menggambarkan mengapa produk atau layanan kamu berbeda dan lebih baik.

UVP yang efektif menjawab pertanyaan “Mengapa pelanggan harus memilih kamu?” dengan jelas dan ringkas. UVP kamu harus menggema melalui semua pesan pemasaran kamu dan membantu pelanggan memahami nilai tambah yang mereka dapatkan dengan memilih merek kamu. Hal ini dapat mencakup kualitas produk yang superior, inovasi, atau bahkan komitmen kamu terhadap keberlanjutan.

Sumber : envato

Membangun kehadiran online yang kuat

Dalam era digital saat ini, kehadiran online yang kuat bukanlah opsi, itu adalah kebutuhan. Situs web kamu adalah pusat dari semua aktivitas D2C kamu, jadi penting untuk membuatnya menarik secara visual, mudah di navigasi, dan dioptimalkan untuk pencarian.

Sebuah situs web yang baik akan membantu meningkatkan kepercayaan dan mempermudah pelanggan untuk melakukan pembelian. Di samping situs web, media sosial berperan penting dalam membangun komunitas sekitar merek kamu.

Platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter memungkinkan kamu untuk berkomunikasi langsung dengan pelanggan, membagikan cerita dan produk baru, dan bahkan menjawab pertanyaan atau kekhawatiran mereka secara real-time.

Gunakan media sosial untuk menceritakan kisah merek kamu dengan cara yang otentik dan menarik, membantu membangun hubungan yang lebih dalam dengan audiens kamu.

Menawarkan layanan pelanggan yang luar biasa

Layanan pelanggan yang memuaskan tidak hanya tentang menangani keluhan, melainkan tentang menciptakan pengalaman yang positif setiap kali pelanggan berinteraksi dengan merek kamu.

Investasi dalam pelatihan tim layanan pelanggan kamu sehingga mereka berpengetahuan, ramah, dan cepat dalam respons adalah krusial.

Berikan pelanggan kamu berbagai cara untuk menghubungi kamu termasuk email, telepon, dan live chat dan pastikan setiap saluran mudah diakses dan memberikan respon yang cepat.

Hal ini menunjukkan bahwa kamu menghargai waktu dan kepuasan pelanggan kamu, yang pada gilirannya dapat meningkatkan loyalitas dan bisnis berulang.

Fokus pada kualitas produk

Inti dari merek Direct to Customer yang berhasil adalah produk yang berkualitas. Dari desain hingga durabilitas, setiap aspek produk kamu harus mencerminkan komitmen kamu terhadap kualitas.

Hal ini bukan hanya tentang memenuhi harapan pelanggan, tapi juga melebihi mereka. Selain itu, memprioritaskan keberlanjutan, etika sumber daya, dan transparansi dalam rantai pasokan kamu tidak hanya akan menarik pelanggan yang sadar lingkungan tetapi juga memperkuat posisi merek kamu sebagai pemimpin yang bertanggung jawab di industri.

Memanfaatkan User Generated Content (UGC)

User generated content seperti ulasan dan foto produk yang dibagikan di media sosial, adalah sumber bukti sosial yang sangat berharga. Hal ini membantu calon pembeli merasa lebih percaya dan nyaman dengan keputusan pembelian mereka.

Dorong pelanggan kamu untuk berbagi pengalaman mereka dengan produk kamu dan gunakan konten tersebut di situs web kamu, dalam kampanye pemasaran, atau di akun media sosial kamu.

UGC ini bisa menjadi alat pemasaran yang sangat efektif, membangun kepercayaan dan kredibilitas merek kamu di mata pelanggan baru.

Menciptakan pengalaman pelanggan yang lancar

Pengalaman pelanggan yang mulus dari awal hingga akhir adalah vital untuk memastikan kepuasan dan meminimalkan hambatan menuju pembelian.

Mulai dari desain situs web yang intuitif dan ramah seluler, hingga proses pembayaran yang sederhana dan kebijakan pengiriman serta pengembalian yang jelas—setiap aspek harus dirancang dengan memikirkan kemudahan pelanggan.

Efisiensi dan kejelasan ini tidak hanya meningkatkan kepuasan pelanggan tetapi juga mendorong pembelian berulang dan rekomendasi dari mulut ke mulut, yang sangat berharga dalam dunia D2C.

Bereksperimenlah dengan saluran pemasaran baru

Di dunia digital yang terus berkembang, merek D2C harus selalu mencari cara baru untuk menjangkau dan terhubung dengan audiens mereka. Eksperimen dengan berbagai saluran pemasaran dapat membuka peluang baru: 

  • Pemasaran Influencer: Kerja sama dengan influencer yang memiliki audiens yang sesuai dengan target pasar kamu bisa menjadi cara efektif untuk membangun kepercayaan dan kesadaran merek.
  • Pemasaran Afiliasi: Menerapkan program afiliasi di mana orang lain dapat mempromosikan produk kamu untuk komisi dapat membantu kamu menjangkau audiens yang lebih luas dengan usaha yang lebih sedikit.
Sumber : envato
  • Kemitraan: Berkolaborasi dengan merek atau bisnis lain yang memiliki nilai dan audiens yang serupa dapat membantu memperluas jangkauan kamu dan menawarkan nilai tambah kepada pelanggan kamu.
  • Iklan Tertarget: Memanfaatkan kemampuan targeting yang canggih dari platform media sosial dan mesin pencari untuk menjalankan kampanye iklan yang sangat spesifik dan relevan dengan audiens kamu.

Gunakan data untuk mendorong pengambilan keputusan

Dalam setiap bisnis, terutama D2C, pengambilan keputusan yang didorong oleh data adalah esensial untuk keberhasilan:

  • Analitik Perilaku Pelanggan: Memahami bagaimana pelanggan berinteraksi dengan situs web dan produk kamu dapat menunjukkan apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki.
  • Data Lalu Lintas Situs Web: Menggunakan alat analitik untuk memonitor lalu lintas situs web kamu dapat membantu mengidentifikasi sumber lalu lintas yang paling berharga dan perilaku pengunjung di situs kamu.
  • Analisis Data Penjualan: Menganalisis data penjualan untuk mengidentifikasi tren dan pola pembelian dapat membantu kamu mengoptimalkan inventaris dan strategi pemasaran kamu.

Terus mengulangi dan meningkatkan

Kesuksesan jangka panjang dalam bisnis D2C membutuhkan komitmen terhadap inovasi dan perbaikan berkelanjutan:

  • Iterasi Produk: Selalu cari cara untuk memperbaiki dan mengembangkan produk kamu berdasarkan feedback pelanggan dan tren pasar.
  • Optimalisasi Pesan Pemasaran: Uji dan sesuaikan pesan pemasaran kamu berdasarkan respons audiens dan hasil kampanye sebelumnya untuk memastikan relevansi dan efektivitas maksimal.

Operasi Bisnis yang Efisien

Terus cari cara untuk membuat operasi bisnis kamu lebih efisien, apakah itu melalui otomatisasi, peningkatan proses, atau penggunaan teknologi baru.

Baca Juga : 5 Strategi Mempertahankan Pelanggan atau Customer Retention

Mila Rosyida

Halo ! I'm a Technical Content Specialist in DomaiNesia. I love learn anything about Technical, Data, Machine Learning, and more Technology.


Berlangganan Artikel

Dapatkan artikel, free ebook dan video
terbaru dari DomaiNesia

{{ errors.name }} {{ errors.email }}
Migrasi ke DomaiNesia

Pindah Ke DomaiNesia

Tertarik mendapatkan semua fitur layanan DomaiNesia? Dapatkan Diskon Migrasi 40% serta GRATIS biaya migrasi & setup

Ya, Migrasikan layanan Saya!

Hosting Murah

This will close in 0 seconds